Penghuni Rumah Panggung

7K 204 4
                                    

Pemuda berusia 26 tahun itu terkenal suka berpetualang, namanya Dika Praja Syahputra, cukup populer di kalangan komunitas backpacker, meski lulusan Sarjana Komputer namun nyatanya dia lebih mencintai dunianya itu. Itu pula yang memutuskannya menolak tawaran abangnya untuk bekerja di sebuah perusahaan yang dikelola keluarga kakak iparnya.

"Aku tidak bisa meninggalkan duniaku ini, bang! Aku suka kebebasan di alam terbuka. Kekayaan dan uang bukan prioritasku, toh dengan menjadi backpaker aku juga bisa cari uang dengan caraku sendiri" begitulah jawabannya ketika ditanya sang abang waktu itu.
***

Pagi itu di kampung Mekar Sari, Ketiga pemuda dengan tampilan lusuh namun gagah berjalan di jalan desa yang hanya berupa aspal kasar dan penuh lubang itu. Sepanjang mata memandang terhampar luas sawah padi yang menghijau. Beberapa petani yang sedang bekerja tampak memperhatikan mereka.
Ketiganya dengan ramah menyapa petani itu.

"Maaf pak, numpang tanya, bapak kenal dengan Ikhsan?"

"Oh nak Ikhsan? Kenal dong, diakan majikan saya, ini yang saya kerjakan sawah miliknya". Jawab si bapak seraya tersenyum ramah.

"Oh saya Arif pak, ada perlu dengan Mas Ikhsan, bapak tau dimana rumahnya?"  tanya satu dari ketiga pemuda itu.

Si bapak tidak langsung menjawab, karena dia baru sadar kalau pemuda yang bertanya barusan memiliki wajah yang sama dengan pemuda di belakangnya. Bisa dipastikan keduanya kembar.
"kalian pasti petualang gitu ya? Rumahnya tidak jauh kok, nanti belok kiri terus cari rumah berhalaman luas dan depannya berbentuk rumah panggung, dikelilingi kolam ikan"

"Oh terima kasih pak" jawab pemuda itu.

Ketiganya kembali berjalan beriringan, sesekali berkelakar, yang kembar bernama Arif dan Aris, meski kembar namun tetap saja ada perbedaannya, Arif berwajah lebih bulat, sedangkan adik kembarnya sedikit lebih oval. Lalu si gondrong sebahu dengan kumis tipis dan janggut kecil tak lain adalah Dika.

"Rif, Ris! Kalian duluan ya, perutku mules kebelet berak"
Dika pemuda gondrong itu langsung berlari menuju salah satu rumah penduduk menumpang toilet, Arif dan Aris tertawa mengejeknya.

Dika selesai membuang hajat, dengan langkah enteng dia berjalan riang sambil bersiul, ransel besar dipunggungnya seolah tak terasa beratnya.

Dari jauh dia sudah dapat melihat rumah itu, rumah yang penghuninya kata orang-orang sesama backpacker sangat ramah dan suka menampung para petualang seperti dia yang menginap di desa Mekar Sari.

"Luar biasa!" Dika mengagumi rumah yang depannya berbentuk rumah panggung itu, perpaduan tradisional dan elegan justru membuat rumah itu bernilai tinggi meski sebagian besar dari papan.

Suara pancuran bambu yang mengairi kolam-kolam ikan mas dan nila terdengar merdu.
Diteras rumah panggung itu tampak Arif dan Aris telah bercengkrama dengan seorang pemuda yang mereka cari.

Dika menyipitkan matanya sambil mengingat-ingat wajah pemuda itu yang  seperti tidak asing di matanya.  Satu bayangan wajah 13 tahun lalu berkelebat di benaknya. Hatinya mendadak berdebar.

"Dari sini, sosoknya seperti dia" Dika bergumam sambil membayangkan satu nama.

Begitu tiba di tangga panggung Dika mengucapkan salam.
Satu suara menyahut salamnya, si pemuda yang bernama Ikhsan mengalihkan wajahnya kepada tamu yang baru datang.

"Itu teman kami yang berak tadi" Aris yang memang ceplas-ceplos langsung berkata tanpa malu.

Sepontan wajah Dika memerah malu karena aibnya dibuka oleh Aris.

"Silahkan naik Mas" seru Ikhsan.

Dika setelah membuka sepatunya langsung naik meniti tangga dengan wajah tak henti memperhatikan Ikhsan.
Begitu keduanya saling berhadapan, wajah mereka tampak kaget dan langsung berseru menyebut nama nyaris bersamaan.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang