Lagi-lagi Pocong

1.5K 97 6
                                    

Kita ikuti dulu kisah Budi yang kembali teracuni oleh pelet Wati.

Tubuh telanjang Budi terus berlari menuju rumahnya, meniti tangga panggung dan masuk menuju kamar di mana Aris dan Jepri tengah menyandera Wati. Kehadiran Budi membuat keduanya kaget.

"Tolong aku Mas Budi!" Rintih Wati yang ternyata telah diikat tangan dan kakinya

"Apa yang kalian lakukan pada kekasihku" Bentak Budi garang masih dalam keadaan bugil.

"Mereka mau memperkosaku mas!" Tukas Wati cepat. Budi langsung tersurut marah.

"Kurang ajar!" Maki Budi. Lalu dia pun menerjang Jepri dan Aris. Jepri menjadi korban pertama , tubuhnya terjatuh akibat bogeman mendadak di tulang pipinya. Aris masih sempat mengelak meski belati di tangannya terlempar jatuh akibat kena papasan tangan Budi. Kejap kemudian kedua pemuda itu berkelahi hebat. Entah sudah berapa kali tinjuan dan tendangan mendarat ditubuh keduanya. Bibir Aris telah mengucurkan darah, sementara pelipis Budi telah lebam pula.
Jepri sendiri bingung mau berbuat apa, ketika ekor matanya melihat pisau kecil yang terlempar tadi cepat dia menyambarnya.

"Mas Budi berhenti! Kalau tidak aku akan menusuk Wati!" Seru Jepri sambil menodongkan pisau ke Wati.

"Mas tolong wati" Rintih Wati.
"Diam kau, sekali lagi kau bersuara ku sayat kulitmu" Ucap Jepri mengancam Wati.

Budi dan Aris berhenti bergelut. Keduanya tampak kepayahan bangkit, Aris menyandar lemas di dinding kamar.

"Jepri, turunkan pisau itu, jangan ganggu dia Jep. Aku sangat cinta padanya"

"Tidak! Hanya orang tolol yang mau cinta sama lonte ini. Sadar mas sadar! Mas udah dipelet perempuan ini!"

"Bohong mas!" Teriak wati. Namun perempuan ini menjerit karena Jepri menjambak rambut itu.

"Asal mas tau, banyak penduduk yang kecewa sama perbuatan mas, bahkan banyak yang menyumpahimu!" Ucap Jepri lagi dengan garang.

Saat itulah tiba-tiba lantai rumah itu seperti berdetak karena hentakan langkah berlari seseorang.

"Tolonggggg!" Itu teriakan Dika.
yang dalam sekejap saja dia telah menerobos kamar dan menubruk Budi yang berdiri tepat di dekat pintu, keduanya jatuh terjerembab, membuat bungkusan kecil putih di tangan Dika jatuh tepat di wajah Budi. Budi berteriak kesakitan seolah ditusuk-tusuk paku, lalu pingsan.

"Kau kenapa Dika?" Tanya Aris sambil berusaha bangkit dengan kondisi babak belur.

"Po...po..poco..." ucap Dika terbata-bata.

"Apaan? gak jelas, poco? joget poco-poco?" Tanya Aris lagi.

Sementara Jepri cepat mendekati dan menghampiri Budi yang pingsan karena terkena bingkisan kain putih itu. Dia cepat mengambil pakaian untuk menutupi tubuh telanjang Budi, begitu selesai ditimang-timangnya bingkisan putih itu dengan pandangan heran. Pisaunya diletakkan sembarangan diatas lantai. Wati sendiri pucat dan gelisah begitu melihat dan mengenali bungkusan itu.

"Poco-poco jembutmu itu!" Maki Dika.
"Pocong Aris, pocong!" Ucap Dika menjelaskan.

"Pocong?" Tanya Aris heran sambil celingak-celinguk ke sekeliling kamar lalu dia melangkah membuka jendela memeriksa keluar halaman.

"Mana ada pocong?" Tanya Aris sambil pegangi sudut bibirnya yang terkoyak, dia mendekati Dika yang masih meringkuk.

"Di di di dekat sumur" Ucap Budi. bersamaan dengan itu mendadak ada angin berhembus masuk dari jendela yang dibuka disertai bau yang tidak enak.

"Ris ayo pergi... disini banyak setannya!" Ucap Dika yang merasa tak enak. Dia bangkit dan mengajak Aris pergi.

"Tunggu, Budi kita bawa juga!" Ucap Dika, bersama Jepri, Dika menggotong tubuh pingsan Budi.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang