Kilas Balik: Pemuda Desa

874 40 1
                                    

Flashback.

Lahan sawah yang tak subur lagi dan tak seberapa luas itu telah disulap menjadi lapangan bola voli oleh para pemuda kampung Mekar Sari. Lapangan voli itu letaknya di tepi jalan kampung yang masih berupa aspal kasar penuh lubang, bahkan di beberapa bagian aspal itu telah tergerus berganti tanah bercampur kerikil. Setiap sore lapangan voli itu selalu ramai dan riuh karena para pemuda yang bermain voli, bahkan beberapa warga dan anak-anak ikut jadi penonton.

Sore itu tepat di hari sabtu, lapangan itu kembali ramai, dua buah tim saling beradu bola voli. Dua belas pemuda desa saling menunjukkan keahlian buat menyebrangkan bola ke seberang net. Mereka bermain tanpa ada yang memakai outfit khusus olahraga, hanya berkaos kutang bahkan ada pula yang bertelanjang dada dan bercelana pendek. Sinar matahari senja yang hangat tak menyurutkan semangat mereka buat menikmati pertandingan sore itu. Belum lagi sorak sorai anak-anak dan penonton yang menyemangati jagoan masing-masing. Namun semua kehebohan mereka terhenti seketika tepat di saat seorang pemuda telanjang dada berkulit coklat bersiap akan melakukan service.

Semua karena kini seluruh mata tertuju pada jalan desa, dua buah mobil pick up kecil melintas di jalan buruk itu, satu mobil berisi barang-barang, sedangkan satu lagi berisi 9 pemuda memakai almamater berwarna hijau.

"Siapa itu?" Tanya si pemain voli bertelanjang dada yang tadi akan melakukan service pada teman yang paling dekat posisinya.

"Lah, kamu tak tau Mad? Semalam pak kades bilang kampung kita untuk pertama kali akan kedatangan mahasiswa dari kota" jawab si kawan.

"Buat apa?" Tanya pemuda yang dipanggil Mad tadi pada temannya lagi.

"KKN" sahut temannya.

Mobil pick up itu lewat secara perlahan karena kondisi jalan yang buruk diikuti anak-anak kampung yang berlari-lari kecil, agaknya anak-anak kampung itu tertarik pada rombongan mahasiswa beralmamater hijau yang menurut mereka memakai seragam yang keren. Bahkan beberapa bocah tertawa-tawa sambil memanggil 'mas atau abang' pada mahasiswa-mahasiswa itu.

"Norak sekali ya anak-anak kampung ini. Lihat gituan aja sampai dikejar-kejar" celetuk seorang pemuda.

Sementara pria bertelanjang dada yang tengah memegang bola menatap ke arah mobil pick up yang dipenuhi mahasiswa itu. Tampak seorang pria beralmamater hijau merogoh sesuatu dari ranselnya. Mengeluarkan dua buah bungkus besar permen dan coklat, lalu di berikan pada anak-anak yang mengejar mobil mereka.

"Bagi-bagi ya dek" ucap si pemuda dengan mimik wajah bahagia seraya pamerkan senyumnya.

"Terima kasih bang" karuan saja anak-anak itu berhenti mengejar karena mereka kini tengah berebut permen dan coklat.

"Baik juga" celetuk si pemegang voli.

"Halah palingan pencitraan, biasanya orang kota sok dan sombong-sombong" celetuk seorang.

Si pemegang bola tertawa.
"Jangan suudzhon, bilang saja kau iri dan takut ada saingan. Dengar-dengar biasanya para mahasiswa KKN banyak ditaksir sama gadis kampung"

"Sialan kau Permadi! Jangan nakut-nakutin, entar Ningrum pacarku kegaet gimana?" Sewot temannya.

"Hahaha, makanya buruan dilamar"

"Lamar endasmu itu? Emangnya melamar itu kagak pake duit apa?" Celetuk temannya.

"Woi Madi, ayo main lagi, cepat service! Satu poin lagi!" teriak seseorang diseberang net.

Permadi segera tersadar akan tugasnya, segera dia ambil posisi dan ancang-ancang.

"Buk" dia telah memukul bola. Namun sayang sekali bola nyangkut di net.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang