Godaan Birahi

714 31 3
                                    

"Suit suit, romantisnya" Dika menceletuk dan menggoda Budi setelah mendengar penuturan Budi tentang kisah asmaranya dengan Permadi, dia pura-pura terlihat menggoda, padahal aslinya hatinya sedikit getir menahan cemburu.

"Ya iyalah romantis, emangnya kaya situ, ngaku cinta tapi malah membullyku waktu sekolah" sindir Budi tajam buat Dika.

Dika sendiri cuma nyengir asem.
"Ungkapan cinta seseorang itu beda cuk, kalau aku, semakin usil dengan seseorang, maka semakin cinta aku sama dia"

"Hei ungkapan cinta seperti apa itu?" Ledek Budi lagi.

"Karena dengan usil begitu aku jadi sering bertemu denganmu, dan aku yakin kenakalan dan kejahilanku membuatmu jadi terus-menerus ingat padaku" Dika membeberkan alasannya mengapa dulu suka membully Budi.

"Iya apalagi waktu kau mengencingi mukaku" sewot Budi. Sembari mengingat masa-masa SMP nya.

"Kau beda dengan Permadi"

"Ya jelas, bentuk kontolnya juga beda" sewot Dika kesal, lagi pula siapa yang gak kesal dibanding-bandingkan dengan saingan.

"Plakk" Budi menempeleng Dika cukup keras.
"Bisa enggak tuh mulut jangan cakap kotor Mulu"

"Gimana lagi? Sudah ciri khas ku, biarin mulut kotor asal hatinya bersih" entah mengapa mendengar kata-kata Dika itu Budi merasa tersindir.

"Kau menyindirku ya? Mentang-mentang aku udah sering berzin.." ucapan Budi terpotong karena Dika telah menekap mulutnya.

"Bagiku kau tak pernah kotor Bud, kau itu bagai intan berkilau yang tak akan pernah luntur meskipun terbenam seribu tahun di dalam lumpur" wow, baru kali ini keluar untaian kata begitu indahnya dari mulut Dika. Membuat Budi benar-benar begitu terharu.

"Udah cukup Geer nya, lanjut lagi kisahnya" ucap Dika.

Budi cepat mengangguk.
***

Flashback.

Pesta sunatan anak bungsu pak kades berlangsung meriah dan mewah untuk ukuran kampung, empat ekor sapi disembelih buat menjamu para tamu dan dibagikan kepada penduduk. Anak-anak muda baik pemuda asli kampung maupun anak-anak KKN bahu membahu bekerja sama membantu menyukseskan pesta. Termasuk Deo, meskipun tangannya pada kapalan karena kerasnya mengaduk dodol semalam, pemuda ini masih semangat  mengangkat piring-piring kotor dari meja para tamu, semangat nya terpacu karena di meja hidangan sang penjaga tak lain adalah Lestari, cewek kampung yang diam-diam ditaksirnya.

Lalu Budi  yang kebagian tugas sebagai penjaga minuman duduk ditemani Fatir, sedangkan Permadi bersama kawan-kawan menjaga parkir.

Pesta semakin semarak tatkala malam datang, sebagai hiburan, selain orkes dangdut, Pak Kades juga membuat layar tancap yang memutar Film silat legendaris Saur Sepuh yang diminati orang-orang kampung. Bagi anak-anak KKN ini adalah pengalaman pertama mereka, setelah penyanyi dangdut orkes tunggal menyelesaikan tugasnya jam 10 malam. Maka layar tancap pun dimulai. Berbondong-bondong penduduk duduk manis di depan layar yang menyajikan adegan bertarungnya para pendekar.

"Hidup Mantili!" Seru emak-emak yang menggemari tokoh Mantili, adik sang pendekar Brama Kumbara.

"Lasmini jangan mau kalah!" Bapak-bapak turut pula mengelukan tokoh Lasmini yang memang di film itu tampilannya lebih cantik dan lebih bahenol dari Mantili, kedua pendekar itu bertarung dengan epic diatas pelepah kelapa yang melayang-layang di udara. Sorak Sorai penonton riuh tak ada habisnya.

Budi menikmati sajian layar tancap itu di barisan paling belakang, di tangannya tergenggam kacang rebus yang menjadi cemilannya.

"Keren ya mas" tiba-tiba seseorang menegurnya, dari suaranya sudah pasti itu adalah Permadi.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang