Barang Bekas

454 31 0
                                    

Jenazah kedua orang tua Putera telah dikubur semalam. Putera sendiri tinggal di rumah Ki Selamet, nek Odah dan Ki Selamet sendiri sangat menyayangi anak angkat mereka itu, bahkan dibantu oleh Budi mereka berencana akan mengadakan acara syukuran sekalian kirim doa buat almarhum orang tua Putera esok malam lusa.

Putera bahagia sekali bisa tinggal bersama orang-orang yang menyayanginya. Dia berjanji akan mengabdi dan menghormati orang-orang yang telah menolongnya, terutama pada Ki Selamet dan Nek Odah, orang tua angkatnya.

Pagi itu, di saat semua orang tengah sibuk mempersiapkan acara syukuran , Wati menemui Budi, keduanya bertemu di halaman samping rumah Budi.
Ya, rumah Budi yang akan dipakai sebagai tempat acara syukuran yang agaknya akan dibuat besar-besaran.

Budi dan Wati berdiri saling berhadapan tepat di bawah jendela kamar Budi, keduanya tak tahu kalau dari jendela itu Dika mengintip.

"Mau apa lagi sih janda itu? Apa belum puas sudah hampir membuat Budi mati karena cinta gilanya?" Celetuk Dika dalam hati.

"Mas Budi" diluar sana Wati memanggil Budi dengan lirih.

"Iya Wat" jawab Budi.

"Aku..aku minta maaf, sekarang aku sadar cintaku kepada mas Budi adalah cinta buta yang gelap dan gila. Sangking gilanya cinta itu bercampur nafsu yang kotor. Cinta yang ternoda. Sekarang Wati sadar, semua itu tidak baik. Mulai sekarang Wati tak akan mengganggu mas lagi, Wati akan kembali ke kota"

"Kenapa kembali ke kota Wat, apa kau mau hidup seperti dulu lagi, menjadi wanita penghibur?" Tanya Budi.

Wati menggeleng.
"Tidak mas, Wati ke kota justru untuk memulai hidup baru, Wati ingin buka usaha bersama Jessy, Wati ingin buka salon dan toko kecil-kecilan"

"Syukurlah" ucap Budi senang.
"Aku sudah memaafkanmu, mari kita lupakan apa yang sudah terjadi. Kalau kau berhasil berubah, mas yakin Wati akan dapatkan suami yang jauh lebih baik dari Mas"

Wati mengangguk, setelah melepas senyum dia pun pergi, di luar sana dia sudah ditunggu Jessy dengan motornya. Sebenarnya kalau dia mau dia bisa tinggal sebentar disana buat bantu-bantu acara syukuran besok. Namun dia sudah terlanjur malu hingga memutuskan untuk kembali ke kota secepatnya.
***

Acara syukuran telah selesai dua hari yang lalu, pagi itu rumah panggung itu kembali damai, Budi, Dika, Aris, lalu ada Bik Inah dan Maman, juga Jepri dan Reno tengah menikmati sarapan sambil mengobrol di teras rumah panggung.

Lagi asyik sarapan, tiba-tiba terdengar satu mobil memasuki pekarangan dan membunyikan klakson. Satu mobil baru yang rasanya tidak asing di mata Dika.

Satu sisi pintu mobil dibagian sopir terbuka, sesosok yang sama persis seperti Aris keluar, itu Arif saudara kembar Aris.

"Hei Rif, ada apa kau menyusul kemari? Katanya ogah karena udah pernah?" Tanya Dika.

Arif tersenyum kaku.
"Oh anu, aku..aku..dipaksa"

"Dipaksa siapa?" Tanya Dika penasaran.

Tiba-tiba pintu di belakang mobil terbuka, dan...

"Surprise! Kejutan!" Tiba-tiba satu sosok perempuan cantik dengan pakaian modis dan juga sepatu high heel keluar dari sana. Dengan girang dan senyum bahagia dia berjalan setengah berlari mendekati Dika.

Lalu cupp, cupp tanpa malu dia menciumi pipi kanan kiri Dika berkali-kali.

Budi terperangah, rasa marah karena cemburu mulai terbit.

"Kok diem aja sayang? Gak nyangka ya akan kedatanganku? Sengaja gak kasih kabar! Aku kangen banget sama kamu" perempuan cantik itu masih bergelayut manja di tubuh Dika.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang