Putera berlari cepat, hanya bermodalkan insting, ditengah gelapnya malam di hutan dia menuju sungai, tak perduli kakinya menginjak duri dan berulang kali tersandung tunggul. Tangan kanannya menggenggam erat golok, sesekali golok ditebaskan menghalau ranting-ranting rendah yang menghalangi jalan.
"Aku harus cepat, nyawa mereka dalam bahaya" ucap Putera. untunglah sungai tak jauh lagi, begitu tiba, Putera berdiri di sisinya, biasanya setiap memancing dia selalu merasa damai mendengar riak gesekan air sungai dengan batu, namun entah mengapa malam itu, suara arus sungai itu terasa menyeramkan, laksana nyanyian alam kematian.
Dengan bergetar Putera berdiri di tepi sungai, dia julurkan tangan kirinya setelah mantapkan diri dia menyayat sedikit bagian tangannya dengan golok. Crasss darah mengucur cukup deras, jatuh ke dalam air.
Beberapa detik kemudian Putera terkejut sekali, air sungai meggelegak laksana mendidih dan tiba-tiba saja satu gelombang air muncrat bersamaan dengan munculnya seekor ikan berwarna merah keemasan, besar sekali, panjangnya hampir tiga meter. Mata ikan itu merah menyala laksana bola api, sedangkan dari mulutnya mencuat gigi-gigi runcing. Ikan itu dengan lahap menyantap darah yang terkucur kedalam air.
"Ini saatnya!" Putera bacokkan goloknya, namun dia terkaget-kaget, golok itu laksana membentur besi baja, tak mempan bahkan ikan Dunggalapati itu tak unjukkan reaksi kesakitan, dia masih santai menyantap darah.
Putera kembali membacok, sekali, dua kali, tiga kali dan akhirnya berkali-kali, namun ikan iblis itu masih bergeming. Sementara darah yang mengucur mulai berhenti. Putera gores bagian tangan kirinya yang lain, kembali darah mengucur, ikan Dunggalapati kembali dengan rakus menyedot darah yang bercampur dengan air itu dengan tenangnya.
"Sampai golok ini patah pun ikan itu masih tetap utuh tak terluka, apa yang harus ku lakukan? Bisa-bisa aku yang mampus gara-gara kehabisan darah" gerutu Putera sembari tetap bacokkan parang ke ikan raksasa. Namun si ikan tak perduli, masih asik mencecapi air yang bercampur darah. Putera putar otaknya, tiba-tiba saja dia teringat akan pembicaraannya dengan Dika sewaktu terperangkap di dalam goa, pembicaraan yang secara singkat membahas tentang Tuhan, makhluk yang katanya memiliki Kuasa Tanpa Batas, bahkan itu telah terbukti karena meski tak terlihat Tuhan telah berhasil menyelamatkan dirinya dan Dika dari goa terkutuk itu.
"Tuhan, aku memang belum mengenalmu, namun aku telah merasakan kuasaMu, aku mohon beri aku kekuatan, beri aku kemampuan untuk menumpas kesesata yang disebabkan oleh setan ini, aku berjanji kelak akan mencari jalan buat mengenalMu" batin Putera. Setelah bulatkan tekat dia babatkan golok dengan hati menyebut nama Tuhan berkali-kali.
***Di dalam goa pertarungan sengit antara sepasang Mumi yang tak lain adalah orang tua Putera melawan Ki Darso yang menjelma menjadi iblis berlangsung sengit, mula-mula keduanya imbang, apalagi karena mereka semua telah menjadi makhluk ghaib, namun kemampuan Kanjeng Dunggalapati memang dahsyat, lama kelamaan sepasang Mumi menjadi terdesak dan kewalahan. Dalam satu serangan hebat sepasang Mumi itu dibuat mencelat keluar goa.
Dua sosok aneh itu jatuh tak jauh dari Ki Selamet, Dika, Budi dan Aris berada.
Dari dalam goa terdengar suara menggembos lalu disusul suara tertawa terbahak-bahak.
"Akan ku buat kalian mati untuk kedua kali"Ki Selamet membantu, dia lepas lima cincin akiknya dari jari tangan kanan lalu cincin-cincin itu di lemparkan pada Ki Darso, lima cincin keluarkan aneka warna, saat lima cincin menghantam Ki Darso tubuh itu terpental, menjerit dan di pijari api. Tubuh itu menggeliat berguling kepanasan.
"Kita berhasil Ki" seru Budi senang.
Begitu juga yang lainnya, tampak puas.Namun kegirangan itu pupus, karena tiba-tiba saja Ki Darso pancarkan sinar merah, serta Merta api padam bahkan kali ini sosok Ki Darso yang sudah menjelma menjadi setan mengerikan berubah menjadi dua kali lebih besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)
Teen FictionDika dan Budi, dua musuh bebuyutan di masa SMP tak disangka menyimpan rahasia perasaan yang sama, namun konflik sepele khas anak ABG plus kejaiman dan ego masing-masing membuat mereka mengabaikan suara hati. Namun semua rasa itu kembali mengusik ket...