Dika pulang ke rumah dengan suasana hati yang badmood, tanpa mengucapkan salam dia langsung nyelonong masuk, tentu saja ibunya kaget melihat anaknya yang hobi keluyuran itu pulang mendadak, namun sesaat kemudian terdengar jeritan perempuan itu.
"Dika!!!! Tangan kamu kenapa berdarah gitu, ya ampun pipi kamu juga luka-luka" Ibunya cepat menghampiri anaknya sambil membolak-balik tubuh Dika. Melihat wajah ibunya yang penuh perhatian itu, perasaan Dika kembali terang, di peluknya ibu tercintanya itu.
"Dika gak apa-apa Ma, cuma luka lecet doang"
"Kan udah emak bilang, jangan lagi kau keluyuran, ingat umur Dika, kau udah tua, bukan lagi bocah SMA yang taunya cuma main doang" Mama nya menyeret anaknya itu ke sofa, Dika menurunkan ranselnya dan duduk di atas sofa.
"Dika keluyuran bukan semata main doang kok, itu kan memang profesi Dika buat jadi konten di blog Dika, siapa tau lho bisa sekalian ketemu calon menantu buat emak" jawab Dika gokil. Jawaban Dika itu justru membuat emaknya mendelik tidak senang.
"Eh eh eh, Emak gak mau calon menantu yang lain, kan sudah ada Dian?" ucap perempuan itu, lalu Bu Rasmi bangkit menuju dapur ingin membuatkan jus melon kesukaan anaknya.
Dika sendiri merenung setelah mendengar ucapan ibunya itu.
"Dian" Dika menyebut nama cewek itu dengan pelan sambil mengingat si gadis.Dian itu teman kuliahan beda jurusan dengannya, anak dari sahabat ayahnya yang berparas cantik dengan potongan tubuh menggiurkan. Dika sendiri sudah tau betapa kerasnya usaha orang tuanya agar mereka bisa berjodoh.
Dika menepis bayangan Dian, diedarkannya pandangan matanya menatapi ruang di rumahnya itu. Dinda sudah menikah setahun yang lalu, rumah terasa cukup sepi tanpa adiknya itu, sedangkan abangnya menjadi TNI dan bertugas sebagai pengawal seorang pejabat di ibu kota.
Perjalanan pulang dari Desa Mekar Sari memang memenatkan, hampir 18 jam, dan harus gonta ganti bus. Pulang tanpa bawa oleh-oleh, malah membawa luka disekujur badan hasil cakaran monyet yang belum kering sepenuhnya. Saat itulah tiba-tiba bayangan Budi hadir di pelupuk matanya, hatinya pun merasakan sakit kembali.
"Mungkin benar kata ibu, tak ada salahnya aku coba jalan dengan Dian, toh Budi sudah tidak mengharapkanku lagi"
Dengan hati-hati Dika berbaring diatas sofa mengingat ada luka di punggungnya. Lalu karena penat diapun tertidur lelap
***Suara dering ponsel diatas meja itu begitu nyaring, membuat Dika tersentak terjaga. Setelah bangkit dan duduk di sofa Dika mengucek-ngucek matanya sebentar dan cepat menyambar ponselnya, sebuah video call dari sebuah nama disertai gambar gadis cantik, Dian.
Dika cepat mengangkatnya."Hallo Yan" sapanya.
"Hallo Dika, ya ampun, aku kangen banget sumpah, makanya begitu aku dikabarin mamamu kau sudah pulang aku cepat-cepat vc, kamu apa kabar?" seperti sifatnya, Dian yang rewel dan manja langsung saja membuka percakapan dengan omongan panjang.
"Aku baik kok Yan"
"Eh Dika, kok pipi kamu luka gitu? Ya ampun kamu kenapa?" Di layar ponsel tampak Dian membeliakkan mata melihat wajah Dika yang memang bercalar cakaran monyet.
"Iya nih, kena cakar monyet, habisnya karna kegantenganku, monyet pun ikut tergila-gila padaku" jawab Dika pula asal nyablak sambil meraba bekas cakaran monyet di pipi kirinya.
"Ya ampun, kamu sih, masih saja hobi keluar masuk hutan, udah diobatin kan? Entar kena rabies lho"
"Sudah kok! Eh Yan, nanti lagi kita vc nya ya, sumpah badanku gerah dan bau keringat, habisnya seharian kagak mandi, aku mandi dulu. Okey"
"Oke deh, nanti malam aku main ke rumahmu, dach sayang" Dian menutup vc nya.
Dika menghela nafasnya, sambil menghempaskan ponselnya ke atas Sofa.
Lalu melangkah ke kamar mandi, sampai di sana Dika dengan hati-hati melepaskan kemeja lusuhnya dan jeans bututnya, dan beberapa saat kemudian dia telah telanjang, tepat di depan cermin. Di pandanginya bayangannya di cermin."Hmmm waduh aku sudah mulai burik, janggut, kumis bahkan brewok mulai tumbuh, pantas saja Budi tak suka lagi padaku" Dika mengusap-ngusap janggutnya, cepat diambilnya pisau cukur dan sabun, kini tangannya pun sibuk mengikis bulu-bulu di wajahnya.
Setelah selesai cepat dibasuhnya dengan air dan diapun mulai mandi, mengguyur tubuh telanjangnya dengan tiap tetes air, sabun anti septik bercampur dengan aroma shampo. Ketika kembali mengguyurkan air tiba-tiba saja bayangan wajah Budi kembali bermain dibenaknya.
"Sial, lagi-lagi aku memikirkannya"
Kenangan di kampung Mekar sari kembali berputar di kepalanya, semua momen bersama Budi kembali menghantuinya membuat jantungnya kembali berdetak hebat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)
Fiksi RemajaDika dan Budi, dua musuh bebuyutan di masa SMP tak disangka menyimpan rahasia perasaan yang sama, namun konflik sepele khas anak ABG plus kejaiman dan ego masing-masing membuat mereka mengabaikan suara hati. Namun semua rasa itu kembali mengusik ket...