Seusai makan, kesembilan pemuda itu duduk berembuk di ruang tengah beralas tikar, ditemani kopi serta kerupuk, adapun yang akan mereka bahas adalah apa saja kegiatan sosial yang akan mereka lakukan diluar kegiatan pokok.
Hingga akhirnya mereka sudah sepakat akan mengikuti beberapa kegiatan sosial dan berbaur dengan penduduk, seperti ikut pengajian, melakukan kerja bakti, mengunjungi sekolah, mengajari anak-anak belajar dan lainnya.
"Waduh ribet ya, ku pikir cuma ngurusin sawah dan penyuluhan saja kita selama KKN" Keluh Deo.
"Kenapa? Emang kau rela kulitmu yang mulus bersinar itu harus kena lumpur sawah. Belum lagi kalau sudah panen, sumpah aku yakin kulitmu akan terkelupas karena gatal-gatal kena dedak" ledek Abi.
"Heh aku nanti kalau lulus gak mau jadi petani, aku mau jadi pengusaha" geram Deo.
"Sudah-sudah, intinya aku mau kalian jaga marwah kampus kita, bertindak baik, sopan dan tau tatakrama terhadap warga kampung, jangan sampai terbit kesan buruk mereka pada kita, apalagi sampai mencap kita sombong" Nasihat Fatir.
"Siap ketua" celetuk Gian dengan nada yang lucu hingga yang lain ikut tertawa.
"Besok kita cepat bangun, kita masak sarapan dulu, setelah itu kita langsung terjun ke lapangan. Deo pakai baju yang sederhana saja, kita mau ke sawah, jangan pakai outfit branded mu itu" lagi-lagi Fatir mengoceh
"Iya iya cerewet!" sahut Deo sebel, dari tadi dia saja yang diledek temannya.
***Ayam telah berkokok, kesembilan pemuda itu telah bangun sedari tadi, solat subuh telah mereka kerjakan, kini mereka sibuk dengan aktifitas memasak.
"Yo, kupas kelapa sana!" perintah Gian.
Dengan cemberut Deo menurut, mengambil sebutir kelapa, tapi kemudian dia bingung celingukan.
"Gimana cara kupasnya?" Tanyanya bodoh. Karuan saja yang lain kembali tertawa riuh. Maklum seumur-umur baru kali ini Deo disuruh mengupas kelapa.
"Di gigit" sahut Jaya asal.
Kesel dan jengkel itulah yang dirasakan Deo. "Awas saja kalian? Mentang-mentang aku bodoh dan gak pernah kerja ginian, bebas kalian meledekku" dumel Deo dalam hati. Dengan beringas disambarnya parang dan dibacokkan bertubi-tubi ke kulit kelapa. Kembali temannya ngakak.
"Ada apa ini? Pagi-pagi udah riuh?" Budi yang baru bergabung ikut nimbrung.
"Tuh lagi nonton anak konglomerat ngupas kelapa" ledek yang lain.
Budi geleng-geleng sendiri sambil menatap kasihan pada Deo.
"Ya sudah sini aku ajarin" Budi melangkah menghampiri Deo.
"Tuh, jadi teman itu kayak Budi, mau ngajarin bukan malah nyinyir" sewot Deo.
Pemuda ini pun memperhatikan gimana cara mengupas kelapa yang dilakukan Budi.
"Begini Yo, mengupas kelapa pakai parang, pertama kulit keras di pantatnya potong dan buang dahulu biar sabutnya gampang lepas" Budi mulai mengupas kelapa sambil memberi tips pada Deo. Deo sendiri sampai melongo, begitu gampangnya Budi membuang sabut kelapa bahkan berikut beserta tempurungnya.
"Nah sekarang tinggal parut gih, taukan? Hati-hati, jangan sampai kena tangan" ucap Budi sambil mengambil dan memberikan parutan kelapa manual kepada Deo.
"Baru tau aku ngupas kelapa gitu" ucap Deo setelah melihat.
"Aku juga orang kampung, jadi yang ginian mah gampang" celetuk Budi.
"Hu... Sombongnya" Ledek yang lain.
"Kalau begitu Bud, tolong kamu kupasin semua kelapanya, biar kami yang masak" ucap Fatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)
Novela JuvenilDika dan Budi, dua musuh bebuyutan di masa SMP tak disangka menyimpan rahasia perasaan yang sama, namun konflik sepele khas anak ABG plus kejaiman dan ego masing-masing membuat mereka mengabaikan suara hati. Namun semua rasa itu kembali mengusik ket...