Kilas Balik : Deo vs Rudi

629 36 0
                                    

Aroma lezat cempedak goreng tercium semerbak malam itu, pemuda-pemuda itu nongkrong di bawah pohon belimbing yang sedang tidak berbuah dengan hanya beralaskan tikar. Di tengah mereka tersaji banyak cempedak goreng, dan juga satu teko besar kopi. Madi bergabung dengan mereka, dia duduk di sebelah Budi, sedangkan di sebelahnya lagi ada Deo.

"Sumpah ini enaknya minta ampun" ucap Deo sambil mencomot tiga buah cempedak goreng, padahal di dalam mulutnya masih ada kunyahan yang menyumpal.

"Rakus!" Ledek Rudi.

"Emang gue pikirin" jawab Deo dengan isi mulut hampir menyembur.

"Ampun nih anak sultan. Makannya gak punya table manner" ledek Abi lagi.

"Alah table manner table manner? Taik kucing! Makan ya makan aja, dinikmati sampai kenyang" sengit Deo tak mau kalah

Madi cuma melongo melihat kegokilan Deo dan teman-teman nya.

"Beginilah Mad mereka, mulut boleh ribut, tapi hati mereka selalu kompak" jelas Budi.

"Deo dan Rudi memang paling sering ribut" Gian menambahi.

"Tapi kalau Deo dan Budi baru paling akur dan kompak" Fatir ikut menimpali, setelah itu ketua KKN ini menyalakan rokok dan menghisapnya.

Ucapan Fatir barusan membuat Madi melihat sekilas pada Deo dengan pandangan yang sulit ditafsirkan.

Tiba-tiba Jeki dan Nata bangkit dan melangkah ke dalam posko.

"Mau kemana?" Tanya Fatir.

"Ambil gitar" seru Nata.

"Eh Mad, buah cembadak nya masih banyak gak, kalau iya nanti kalau aku pulang tolong kumpulin ya, biar aku beli. Sepuluh buah ya!" Ucap Deo bersemangat pada Madi.

"Cempedak Mas, bukan cembadak" ucap Madi membetulkan nama buah.

"Oh iya" Deo cengengesan malu karena beberapa temannya kembali meledeknya.

"Sebanyak itu? Buat apa? Nanti kau mencret Deo" ucap Budi sebelum dia meneguk kopi.

"Buah seenak ini kalau dibawa sedikit bukan oleh-oleh namanya, lagian aku kan harus bagi-bagi ke tetangga juga. Di kota jarang ada yang jual cembadak ini" jawab Deo pula.

"Cempedak mas" lagi-lagi Madi membetulkan.

"Nah iya cempedak" Madi cepat meralat.

Budi sendiri cuma bisa tersenyum, memang dia harus akui, Deo meski mulutnya terkadang asal bunyi tapi dia pribadi yang pemurah dan dermawan, bahkan sewaktu KKN ke sini, satu mobil pick up yang mengantar adalah sumbangan dari keluarganya. Makanya meski kalau ngomong gak pakai filter, Deo ini banyak disukai teman, apalagi yang cewek.

Tak lama kemudian Jeki dan Nata kembali dengan membawa dua buah gitar.

"Eh Mad, kapan-kapan kita boleh gabung main voli tak?" Tanya Gian yang memang hobi voli.

"Boleh tuh mas, teman-teman pasti senang sekali" jawab Madi.

"Bagaimana kalau kita buat pertandingan" usul Fatir.

"Boleh. Nanti aku kabari ke teman-teman"

"Sekalian buat perkenalan sama teman-teman mu" tambah Fatir lagi.

"Hei hei hei, yang punya suara paling merdu bolehlah menyanyi" seru Jeki sembari menggonjreng gitarnya.

Empat buah telunjuk segera mengarah pada Budi hingga membuat Budi terpojok.

"Mas bisa menyanyi?" Tanya Madi.

"Wah jangan tanya, dia jagonya. Mau lagu apa kamu? Pop, Rock, jazz, Melayu, arabian, dangdut, hip hop, semua dibabat sama dia!" Deo dengan bangga mempromosikan sahabat kentalnya itu.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang