Di kampung Mekar Sari, sore itu Budi baru saja selesai mengajari anak-anak desa menggunakan komputer, dia bermaksud bergegas pulang, namun di tengah jalan terdengar suara merdu memanggilnya.
"Mas Budi!" suara manja perempuan mengusik telinganya. Budi menoleh tampak seorang wanita berwajah manis berlari kecil mendapatinya.
"Wati, ada apa ya?" Sapa Budi, dalam hati dia sedikit mengeluh mendapati situasi seperti itu.
"Enggak Mas, cuma mau jalan bareng aja"
" Ya sudah ayo! Baru pulang belanja ya?" tanya Budi sambil melirik tangan perempuan itu yang menenteng kresek berisi belanjaan.
"Iya abis dari warung Mbok Sumi" jawab Wati, keduanya kini berjalan beriringan.
Wati lengkapnya Kiranawati adalah janda desa, banyak pemuda kampung yang tertarik padanya. Namun sayang semua ditolaknya, karena sebenarnya di hati Wati hanya ada satu pemuda yang dicintainya, yaitu Budi. Janda itu sendiri sudah berusaha sekuat tenaga agar Budi balas perhatian dan perasaannya, namun sayang harapannya hampa. Budi begitu dingin padanya, meski sikapnya kalau bertemu tetap hangat dan baik.
Budi membantu Wati membawakan kreseknya yang lumayan berat membuat hati si janda girang bukan main.
"Mas Budi, katanya lusa ada pasar malam di kampung sebelah" Wati memancing pembicaraan.
"Lalu?" Tanya Budi dingin.
"Kita ke sana yuk?" Ajak Wati sambil memegang lengan Budi.
"Maaf Wati, aku tidak bisa" Tolak Budi.
"Ayolah mas, sekali-kali mas perlu hiburan, jangan di rumah terus, nanti stress lho" Bujuk Wati lagi.
"Aku tau cara menghibur diri-sendiri Wati, aku tak perlu datang ke tempat seperti itu"
"Karena aku yang ajak kan? Coba yang lain, perempuan yang lebih cantik dan masih gadis, pasti mas mau kan?" Wati mulai kesal sekali karena selama ini usahanya selalu sia-sia.
"Wati! Apa sih maksudmu? Kenapa sampai ke sana pembicaraanmu?" Tanya Budi sambil berhenti melangkah, suasana jalan cukup sepi, hanya ada anak-anak yang bermain bola di tanah bekas sawah yang sudah tak terpakai.
"Wati tau mas itu gak suka sama Wati, Mas juga baik sama Wati hanya sekedar basa-basi saja. Mas kapan sih Mas bisa ngerti kalau Wati itu suka sama Mas?" Wati tak lagi dapat menahan perasaannya.
Budi melongo mendengarnya "Wati? Aku.. Ah gimana ya? Aku belum berpikir untuk pacaran dan memang jujur aku tidak punya perasaan apapun padamu"
"Kenapa Mas? Apa kurangnya aku Mas? Umur mas sudah pantas untuk mempunyai istri, apa salahnya mas buka hati mas?"
"Maaf Wati, masalah istri dan nikah itu urusan mas. Sekarang dengan jujur Mas katakan, mas tidak cinta padamu dan tak akan pernah membalas perasaanmu, bukan maksudku menyakitimu, namun Mas harus katakan ini agar kau berhenti berharap dan tidak melakukan hal yang sia-sia" Ucap Budi tanpa tedeng aling-aling.
"Mas!" Jerit Wati tak percaya Budi bisa seceplas-ceplos itu, air matanya mengambang, lalu tanpa bisa dicegah dirampasnya kreseknya dari tangan Budi dan dia bergegas berlari menjauh.
Budi sendiri cuma diam dan melongo, lalu acuh saja dia kembali meneruskan jalan pulang, dan mengambil jalan potong dengan melewati benteng sawah.
***Sampai di rumahnya, Wati langsung meletakkan belanjaannya sembarangan dan langsung menghambur ke kamarnya, janda muda itu menangis di sana.
"Jahat sekali kau Budi, mentang-mentang aku janda, kau tak mau padaku. Tidak! Rasa cintaku padamu begitu besar, hanya kaulah tempatku berlabuh, kau tunggu saja Budi, hari ini kau menolakku, tapi besok-besok kaulah yang akan datang berlutut mengemis cintaku"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)
Подростковая литератураDika dan Budi, dua musuh bebuyutan di masa SMP tak disangka menyimpan rahasia perasaan yang sama, namun konflik sepele khas anak ABG plus kejaiman dan ego masing-masing membuat mereka mengabaikan suara hati. Namun semua rasa itu kembali mengusik ket...