Lepas

436 27 2
                                    

Di dalam goa misterius itu Dika tak dapat tidur, meski udara terasa dingin dan mencucuk tulang. Dia ingat bagaimana dia bisa sampai ke tempat ini, ketika dia kebelet dan tengah menyemburkan kencing tiba-tiba terasa sesiur angin berhembus dan satu tangan pucat dan sedingin es telah mengusap wajahnya. Permadi, ya memang Permadi, pria yang telah menjadi hantu itu yang melakukannya. Begitu usapan tangan Permadi menyentuh wajahnya detik itupula sosok Dika terpaku tak dapat bergerak apalagi bersuara, bahkan kontolnya yang telah selesai mengeluarkan air seni belum sempat dimasukkan kembali ke celananya.

Dika cuma bisa beliakkan mata dengan wajah kaget luar biasa tatkala melihat bersama Permadi muncul pula empat makhluk hijau dengan wujud mengerikan, mirip genderuwo bercawat dengan mulut dan hidung tak henti-hentinya mengucurkan cairan berwarna merah dengan bau busuk luar biasa.

"Huekkk" muntah menyembur dari mulut Dika, kakinya bergetar hebat, dia ingin roboh namun tubuhnya masih saja tegak berdiri, seolah dipakukan ke bumi.

Tiba-tiba Permadi kembali ulurkan tangan kanannya, namun kali ini lebih keras tepat ke arah pusarnya. Kalau saja Dika bisa menjerit tentu dia akan menjerit sejadi-jadinya karena rasanya sakit luar biasa, seperti dibelah tanpa menggunakan bius. Dika melirik tangan Permadi itu, tangan itu menjebol tembus perutnya.

"Aaa...uuu" Dika cuma bisa menggagu dengan ucapan tak jelas, itupun teramat kecil. Ketika tangan Permadi menarik dan membetot sosok samar berwujud Dika ikut tertarik keluar, sosok itu sangat enteng dan ringan, itulah sukma Dika. Keempat makhluk hijau cepat memegangi sukma Dika. Sedangkan raga Dika yang ditinggal sukmanya tampak berdiri nyalang tanpa cahaya kehidupan. Permadi menyeringai licik.

"Maafkan aku, tapi aku juga mencintai Mas Budi, tak akan kubiarkan orang lain memilikinya. Dia cuma milikku" setelah berucap seperti itu sosok Permadi yang berupa arwah itu masuk ke dalam raga Dika.

Raga kosong Dika tampak tersentak beberapa saat bergerak tak beraturan, hingga akhirnya Permadi berhasil menguasainya. Dengan seringai aneh dia langsung meninggalkan sukma Dika.

"Permadi apa yang kau lakukan?" Untuk pertama kali Sukma Dika keluarkan suara. Namun Permadi tidak menggubrisnya. Sosok Permadi yang telah menghuni raga Dika terus berjalan menuju ke arah dimana rombongan orang-orang kampung yang menemukan Maman bersiap pergi.

Sukma Dika berontak, namun astaga dia seolah tanpa tenaga, benar-benar tak berdaya di dalam ringkusan empat makhluk hijau dedemit.
Keempat makhluk itu pula yang membawanya ke goa itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Ini benar-benar diluar akal sehatku" batin sukma Dika mengeluh sendiri.

Tiba-tiba dia mendengar suara terbatuk-batuk. Sukma Dika menatap ke sosok remaja yang terikat empat langkah di depannya, dialah Putra yang dihukum kakeknya karena melanggar pantangan. Sosok itu menggeliat-geliat pertanda siuman.

"Hai kau tidak apa-apa?" Tanya sukma Dika.

Putra yang baru saja tersadar masih dalam tahap mengumpulkan segala daya dan ingatannya. Setelah kesadarannya pulih barulah dia menjawab Dika.

"Kau siapa? Kau?" Wajah Putra terkesiap sesaat melihat sosok Dika, bagaimanapun juga Putra itu adalah cucu kandung dari Ki Darso, sedikit-sedikit dia punya juga ilmu sang kakek.

"Astaga kau?" Ucap Putra kaget.

"Aku kenapa?" Tanya Dika heran.

"Kau bukan manusia, tapi juga bukan hantu. Kau sukma yang terlepas dari raga"

Sepasang mata sukma Dika seketika menyendu, apa yang dikatakan Putra memang benar.

"Celaka! Ternyata kakek benar-benar melakukan rencana gilanya" ucap Putra.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang