Menjerat Permadi

431 23 2
                                    

Rumah panggung kediaman Budi malam itu mulai tenang, suasana sebelumnya yang terkesan seram kini mulai mencair, sesekali dari dalam rumah itu terdengar suara orang tertawa, siapa lagi kalau bukan Dika.

Budi, Dika, Aris, Jepri dan Reno tengah duduk sembari melihat acara komedi di televisi, hal yang berulang kali membuat Dika tertawa sedari tadi. Lima gelas kopi beserta Snack terhidang di depan mereka, keduanya duduk di atas lantai beralas karpet beludru.

Mereka tak sadar bahwa ada satu makhluk lain yang ikut berada di sana, dia adalah sosok tak kasat mata Permadi, cinta masa lalu Budi yang bernasib malang, meninggal karena kecelakaan dan akhirnya menjadi gentayangan. Berulang kali sepasang mata arwah gentayangan ini memandangi ke lima orang itu.

"Agaknya Mas Budi dan si gondrong itu benar-benar memiliki rasa, aku bisa melihat itu dari cara mereka saling menatap. Mas Budi, secepat itukah kau melupakanku?" Arwah ini memandang kepada Budi dan Dika yang lagi-lagi terlihat saling curi-curi pandang.

Arwah ini teringat akan janji mereka dahulu, bahwa Budi akan setia bahkan tak akan mencari penggantinya sekalipun dia mati. Memang Dika telah berjasa membuat Budi lepas dari pelet si janda Wati, namun bukankah semua itu berkat petunjuk dari Permadi? Hanya sesama makhluk gaib yang bisa melihat hal-hal ghaib, manusia biasa harus punya indera keenam baru dapat melakukannya.

Permadi kembali menahan sesak di dada ketika dilihatnya Budi dan Dika secara tak sengaja saling berpegangan tangan saat hendak merogoh keripik dari dalam toples secara bersamaan dengan mata tetap fokus menatap ke layar tv. Karuan saja momen itu membuat keduanya jadi salah tingkah. Aris, Jepri dan Reno langsung menggoda mereka.

"Sial! Aku tak tahan lagi menahan cemburu, lebih baik aku pergi saja. Energiku habis karena sebelumnya terlalu sering menampakkan diri" Arwah ini berjalan enteng menembus tembok dan langsung berada di luar rumah. Baru melayang jauh beberapa meter tiba-tiba sepasang mata dinginnya melihat ada empat cahaya hijau mendekatinya, semakin dekat cahaya itu bau amis dan anyir darah semakin tercium. Instingnya sebagai hantu menangkap adanya bahaya.

"Empat cahaya itu? Apa ada yang akan mengganggu Budi lagi?" Permadi langsung tercekat, dia kembali menuju rumah Budi, rasa cintanya yang besar membuatnya ingin melindungi Budi dari gangguan apapun.

Namun dia salah karena empat sinar hijau itu menuju ke arahnya dan begitu sinar-sinar itu mengelilinginya barulah empat sinar itu berubah ke wujud aslinya, empat sosok setan bertanduk berkulit hijau dengan taring dan cakar yang panjang.

"Siapa kalian?" Tanya Permadi dengan membentak.

"Kau telah ikut campur dan mengganggu pekerjaan tuan kami" satu makhluk setan itu berkata.

"Kau harus ikut dengan kami!" Satu yang lain menyahuti.

"Apa? Siapa sudi?" Permadi melakukan perlawanan. Namun dia kalah tenaga, sosoknya yang merupakan hantu yang baru gentayangan tentu saja kalah digdaya dibanding setan sungguhan. Dia kena ringkus. Sosoknya kini terjerat seutas tali aneh memancarkan cahaya hijau.

Empat bhuto itu membawa Permadi menuju ke hutan batas desa dimana Ki Darso tengah menunggu.

Ki Darso, Jessy, dan Wati yang masih menunggu dalam keadaan telanjang bulat tampak senang begitu empat makhluk angker itu muncul bersama sesosok pucat pemuda.

"Kami berhasil menangkapnya Ki" Seru satu makhluk Butho.

"Ya ya, kalian memang hebat nanti Aki beri sajen yang lebih banyak" ucap Ki Darso senang.

Wati dan Jessy yang rasa takutnya mulai hilang pandangi sosok pemuda pucat yang dibawa empat bhuto. Sepasang mata Wati menatap pemuda pucat namun ganteng itu dengan lekat.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang