"Gimana? Dapat jatah berapa ronde tadi malam?" Tanya Aris gokil begitu keduanya ke kamar mandi di belakang rumah bersamaan guna membuang hajat.
"Berapa ronde kepalamu itu!" Maki Dika cuek, seraya melorotkan sedikit celana kolornya, mengacungkan pistol jantannya guna menyemburkan kencing yang mendesak sedari tadi.
"Jadi kalian belum ngentot?" Tanya Aris lagi.
"Anjingnya mulutmu itu! Mana ada baru jadian langsung ngentot, gak romantis amat!" Maki Dika lagi.
Aris tertawa mendengarnya.
"Gak percaya aku? Coba sini aku periksa" Aris melengokkan sedikit kepalanya guna memandangi Joni milik Dika yang masih menyemburkan kencing."Apaan kau ini?" Maki Dika, karena kesal seketika saja dia arahkan kontolnya itu kepada Aris, karuan saja Aris melompat mundur takut terkena kencing.
"Anjrit, kencingmu kena kakiku bujang!" Kesal Aris, cepat-cepat dia mengambil air dengan gayung dan menyiramkannya banyak-banyak ke kakinya.
"Salah sendiri, mau lihat punya orang. Emang sih punyaku lebih gede darimu tapi gak usah pake dipelototi segala?" Cuek Dika, kencingnya selesai, dia menyirami joninya dengan air sebelum akhirnya memasukkan lagi asetnya itu kedalam celananya.
"Ya kan aku penasaran, mau buktikan kalian ngentot tadi malam"
"Buktikan gimana?" Tanya Dika yang merasa aneh akan temannya itu.
"Siapa tau ada sisa lendir dan bau mani di kontolmu" ucap Aris asal lagi.
"Bau mani pantatmu itu! Kami cuma tidur bareng sama pegang-pegang dikit!" Maki Dika. Dia segera mencuci wajahnya dengan sabun, membasahi sedikit rambutnya dengan air agar lebih segar. Mulutnya bersiul-siul riang.
"Cie yang baru jadian" ledek Aris.
"Emang" sahut Dika bangga.
"Semangat amat?" Tanya Aris lagi.
"Jelas dong! Mau antar pacar ke pasar buat belanja"
"Bukannya ada Bik Inah?"
"Bik Inah belum datang, lagi pula aku pengen makan masakan pacar sendiri" ucap Dika, urusannya di kamar mandi selesai, sebelum meninggalkan tempat itu dia masih sempat mencandai dengan mengusap dagu Aris. Aris ngakak, dia mau menghabiskan waktu lebih lama di kamar mandi karena mau buang air besar.
***Di kediaman Mbah Darso, dukun ilmu hitam yang kini jadi langganan Wati, sang cucu yang bernama Putera baru saja selesai menimba air dari sumur. Setelah bebersih diri diapun kembali ke rumah dan menuju dapur untuk memanaskan air guna menyeduh kopi buat sang kakek. Dengan cekatan anak ini menyalakan api di tungku dan menjerangkan segayung air di dalam panci.
Remaja yang usianya hampir 15 tahun ini berjalan ke ruang depan sembari menunggu air mendidih, dia mengintip ke dalam ruang praktek kakeknya, tampak sang kakek masih ritual. Putera acuh dan langsung menuju kamar, mengambil sesuatu yang disembunyikan di bawah kasurnya, sebuah komik ternyata. Komik itu di temukannya di pinggir jalan tatkala diam-diam keluyuran jauh dari hutan.
Remaja itu asyik sekali membolak-balik lembaran komik dan mengagumi gambar-gambarnya, sayang dia buta huruf karena tak pernah sekolah, padahal dia ingin sekali tahu cerita apa yang tertulis di komik itu.
"Kakek jahat! Aku juga ingin sekolah" Putera terkenang akan pengalaman pahit setelah secara tak sengaja melihat seorang anak berseragam sekolah diantar sang ayah ke sekolah melewati jalan di tepi hutan. Saat dia merengek ingin di sekolahkan sang kakek malah mengamuk dan memarahinya bahkan memberikan hukuman berat.
"Jangan sekali-kali kau keluar dari wilayah yang sudah kakek larang, asal kau tau diluar sana banyak orang jahat!" Murka Ki Darso waktu itu.
"Kakek yang jahat! Aku ingin sekolah!" Geram Putera waktu itu ditengah sesengguk tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)
Fiksi RemajaDika dan Budi, dua musuh bebuyutan di masa SMP tak disangka menyimpan rahasia perasaan yang sama, namun konflik sepele khas anak ABG plus kejaiman dan ego masing-masing membuat mereka mengabaikan suara hati. Namun semua rasa itu kembali mengusik ket...