Sumpah Dibawa Mati

465 30 1
                                    

Kembali pada Budi dan Dika

"Sudah jangan cerita lagi!" Ucap Dika dengan wajah ditekuk cemberut.

"Kenapa? Bukannya tadi kau yang nyuruh lanjut cerita?" Tanya Budi.

"Iya tapi gak usah juga diceritakan bagian ngentotnya, kau mau bikin aku marah ya?" Geram Dika jengkel. Kedua tangannya terkepal, lalu buk kedua tangan itu dihantamkan ke atas kasur, lalu dengan menindih rasa jengkel dia pergi meninggalkan Budi.

"Mau kemana?" Tanya Budi.

"Mau keluar, malas kalau cuma dengar cerita kau ngeseks!" Sahut Dika yang sosoknya sudah hilang di balik pintu kamar.

Budi mendesah kecil, dia bangkit dari ranjang, melangkah mendekati jendela dan kembali merenung mengingat masa-masa saat dia bersama Permadi.

"Jadi masa KKN mas sudah mau selesai?" Tanya Permadi menjelang Budi akan kembali ke kota.

Budi mendesah dan mengangguk kecil mengiyakan, wajahnya lesu, jujur sejak malam yang menggairahkan di pesta pak Kades, dia semakin tenggelam akan lautan cinta dan kangen yang luar biasa pada Permadi. Permadi sendiri duduk diatas kerbau yang tengah di gembalanya, suling bambu di tangannya tak dimainkan, hanya diputar-putar untuk menindih kegelisahannya.

"Apa kita akan bertemu lagi Mas?" Tanya Permadi dengan suara pelan, ada sedih yang berkumandang lewat suara itu.

"Pasti Mad, aku janji selesai kuliah aku akan kembali ke desa ini, aku ingin tinggal disini menghabiskan waktu bersamamu" jawab Budi bersemangat,dia sudah memikirkan hal ini masak-masak.

"Tapi mas, aku.. aku sudah diikat oleh keluarga Ningrum, tak lama lagi aku akan menikah" jawab Permadi dengan serak.

"Aku tak perduli, kau boleh menikahi satu perempuan, dua bahkan seratus sekalipun. Aku hanya ingin melihatmu dan terus melihatmu dari dekat. Bisa berada di dekatmu saja itu sudah kebahagiaan luar biasa bagiku..." Jawab Budi, ya dia tau kalau Permadi dan Ningrum sudah dijodohkan, tapi bukankah mereka telah berjanji tidak akan memaksa dan menghalangi jika kelak mereka akan menikah dengan seorang wanita.

Permadi melompat turun dari punggung kerbau, segera ditariknya tangan Budi menuju ke balik pohon kayu besar, dan di balik pohon dia menciumi wajah Budi bertubi-tubi.

"Aku sayang sama mas, sangat sayang" ucap Permadi setelah selesai menciumi, ada genangan air mata yang siap menetes dari kedua matanya, Budi cepat mengusap air mata itu. Dia tak kuat jika melihat Permadi bersedih hati.

Keduanya duduk berdampingan dengan bersandar pada batang pohon yang berada diseberang sungai dan lahan persawahan. Kerbau Permadi sendiri telah mencebur dan berendam di air sungai yang dangkal.
Permadi tampak mengguratkan pisau kecil ke batang pohon, memahat kulit kayu itu hingga meninggalkan sebuah ukiran berbentuk hati dengan huruf B dan M di dalamnya. Budi tersenyum melihatnya, dia tau huruf-huruf itu adalah inisial nama mereka.

"Sumpah mas! Aku cinta sama mas, aku tak rela mas dimiliki pria lain selain diriku, mas hanya milikku seorang, milik Permadi. Bahkan kalau aku mati, aku bersumpah aku akan jadi hantu yang siap mengawal dan melindungimu mas, aku akan mendampingimu sampai kita sama-sama tiada" ucap Permadi sungguh-sungguh.

Budi walau bahagia, namun sungguh dia sedikit bergidik ngeri mendengar ucapan sumpah Permadi barusan.

"Berjanjilah mas padaku, jangan dekati pria lain selain diriku, baik saat ada diriku maupun setelah aku tiada" tegas Permadi.

"Mad, kenapa jadi seram begini pembicaraan kita?" Tanya Budi.

"Mas mau janji atau tidak? Atau mas tak sungguh-sungguh sayang samaku?"

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang