Calon Pengantin

394 28 2
                                    

Di dalam goa di tengah hutan larangan, Ki Darso meski gusar karena dapati Putra dan Sukma Dika telah lenyap, namun dia tak ambil pusing. Karena tak lama kemudian muncul Wati dan Jessy, bahkan berikutnya muncul Raga Dika yang dirasuki Permadi bersama Budi.

"Tak ada yang perlu kurisaukan, biarlah Putra lenyap dulu. Setelah urusanku disini aku akan mencarinya. Hmmm semua calon tumbal yang dibutuhkan telah tiba" ucap Ki Darso dalam hati sembari menyeringai licik.

Jessy, si banci satu ini yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Ki Darso merasa tidak enak, dia beringsut mendekati Wati.
"Cyin kok aku merasa ada gelagat aneh ya dari dukun itu?" Bisiknya pada Wati.

"Ah kau ini, biasa saja. Sebentar lagi impianku memiliki Mas Budi akan jadi kenyataan. Duh bahagianya masa depanku bila dapat memilikinya" bisik Wati pula.

"Apa yang kalian bisikkan?" Selidik Ki Darso menyadari kalau perempuan dan perempuan jadi-jadian itu saling berbisik di belakangnya.

"Ah ti..ti..dak Ki" jawab Jessy gemetar. Entah mengapa di matanya sosok Ki Darso kini terlihat semakin angker menyeramkan.

Untuk menentramkan diri, banci satu ini mencari dudukan di dekat dinding goa, dia duduk diatas sebuah bongkahan batu.

"Ki, Budi telah saya bawa kemari! Sekarang cepat jadikan kami pengantin abadi" ucap Raga Dika pada Ki Darso. Ternyata dia mengiming-imingi Permadi dengan pernikahan dengan Budi hingga dia terhasut.

"Enak saja! Yang akan jadi pengantinnya itu aku! Bukan kau!" Protes Wati, dia sendiri sudah tahu kalau Dika dihadapannya cuma palsu, karena di dalam raga itu ada sosok arwah Permadi, Ki Darso yang tadi memberitahunya.

"Diam! Kalian tenang saja, kedua kalian akan menjadi pengantinnya"seru Ki Darso.

"Apa? Aku tak sudi berbagi laki dengannya" protes Wati pula.

"Aku juga tak Sudi Budi bersama janda gatel bekas banyak kontol sepertimu" hina Raga Dika.

"Diam!" Bentak Ki Darso dengan mata melotot seakan ingin melompat keluar dari rongga ya.

Raga Dika dan Wati diam seketika.

Ki Darso cepat membaca ajian gendam penakluk jiwa yang mampu membuat orang-orang bertekuk lutut padanya.

"Sekarang, kalian harus menuruti apa kataku" ucap Ki Darso.

Wati dan Raga Dika mengangguk.

Ki Darso tersenyum puas, dia kembali membaca mantra, duduk di satu lantai goa yang datar yang mana di depannya ada pendupaan dan aneka sesajian juga alat-alat pendukung ritual. Tiba-tiba kakek ini keluarkan suara lolongan, mirip suara lolongan srigala.

Jessy terpekik mendengarnya karena takut. Tiba-tiba terdengar lolongan-lolongan serigala yang riuh, tak lama kemudian di hadapan mereka muncul menjelma sepuluh perempuan dedemit berbulu dengan moncong mirip serigala.

"Aaa syetan" pekik Jessy ketakutan.

"Dasar banci laknat, kau terlalu cerewet, bagusnya kau ku buat mati dulu" Ki Darso jengkel sekali melihat tingkah Jessy, dia menyambar keris dan melemparkannya ke arah Jessy. Jessy kelabakan, cepat-cepat dia menunduk. Zlebbb keris menancap di dinding goa.

"Mbah, apa maksudnya? Kau mau membunuh eyke?" Tanya Jessy dengan suara gemetar ketakutan.

"Iya, kau lebih baik mampus, kau tak berguna bagiku. Malah bisa mengacaukan urusanku" Ki Darso perintahkan dua orang perempuan dedemit untuk menyerang Jessy.

"Seret dia! Lempar ke jurang hidup-hidup biar dia jadi santapan ikan Dunggalapati di sungai bawah sana" perintah Ki Darso bengis.

Dua perempuan serigala keluarkan suara raungan lalu langsung menyergap Jessy.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang