Kembali kepada Budi dan Dika:
"Hahahaha" Dika tertawa mendengar cerita Budi barusan, mengenai Deo dan Rudi yang sering bertengkar, kalau dipikir-pikir mungkin Deo mirip dengan Aris yang ngomongnya suka asal.
"Oh iya sekarang teman-teman mu itu pada kemana?" Tanya Dika pula. Kini Budi dan Dika duduk berdampingan dengan Budi diatas ranjang, sungguh Dika benar-benar tertarik akan kisah KKN Budi.
"Fatir menjadi dosen sekarang, Deo menjadi manajer di PT Perkebunan Sawit yang dikelola ayahnya, Abi menjadi pebisnis tanaman hias, Gian membuka toko tani dan panglong, Nata menjadi seorang asisten di perkebunan karet di Kalimantan, Jaya mengelola kebun buah ayahnya, Jeki menjadi PNS dan bekerja di dinas pertanian kabupaten lalu musuh bebuyutan Deo si Rudi menjadi Kades di kampung halamannya"
"Wow, teman-temanmu sukses semua ya" Puji Dika sambil bersiul kecil.
"Maksudmu aku tidak sukses begitu?" Delik Budi.
"Ah bukan itu maksudku, lagipula ukuran sukses tiap orang itu kan berbeda, ada yang mengukurnya dari pekerjaan, ada yang dari kekayaan, dari kemewahan, kalau menurutku kamu juga sukses kok, ilmumu bermanfaat, kau buka lapangan kerja untuk pemuda kampung ini, kau berbagi rejeki dan kebahagiaan bersama mereka? Lah aku? Sarjana Komputer tapi kerjanya cuma keluyuran? Tapi aku bahagia. Nah bahagia juga menurutku sebuah kesuksesan" jelas Dika panjang lebar.
Budi terdiam mendengar ulasan Dika itu, benar juga apa yang dikatakannya.
"Eh ayo lanjut lagi ceritanya!" Pinta Dika pada Budi.
Budi pun mengangguk, matanya menerawang mencoba mengumpulkan semua memori masa-masa KKN nya.
***Flashback:
Petang itu, di lapangan voli kampung, dua tim saling berhadapan.
Kubu mahasiswa KKN vs Pemuda Kampung.
Di tim mahasiswa ada Gian, Fatir, Deo, Abi, Jeki dan Rudi. Tiga lainnya Budi, Nata dan Jaya jadi cadangan.Di tim pemuda kampung ada Permadi, Jepri, Deden, Jaka, Mulyadi, dan Seto.
Kedua tim sedari tadi saling jual beli serangan hingga menyajikan pertandingan voli yang seru, bahkan lapangan itu bertambah rame oleh penduduk yang menonton. Dan entah dari mana datangnya para pedagang makanan juga mulai berjubelan melihat peluang.
Pak Kades sendiri yang baru pulang dari kantor hentikan motornya dan ikut menyaksikan pertandingan itu. Para penduduk kampung yang dewasa dan laki-laki mengelu-elukan tim Permadi, sedangkan para gadisnya terutama yang masih remaja mengelu-elukan tim Mahasiswa.
"Abang Deo, adek pada mu bang!" Teriak para cewek menjeritkan nama Deo.
Lalu Deo yang geer disemangati, dari lapangan segera beri isyarat pada fans dadakannya, dia membentuk gestur love dengan jari kedua tangannya. Karuan saja para cewek langsung histeris.
"Ya Allah, ganteng banget!" Jerit mereka lagi.
Karuan saja hal itu membuat pertandingan semakin panas.
"Bisa-bisanya ya cewek-cewek kampung kita malah mendukung mereka" celetuk Mulyadi pada timnya.
"Kalau begitu ayo kita sikat! Kita buktikan kalau tim kita lebih kuat" seru Jepri.
Permadi melakukan serve dengan cantik, tapi Gian berhasil menahannya, kembali jual beli serangan terjadi.
"Hoo" girang tim Permadi saat mereka berhasil dapat poin. Skor sementara 17-25, 25-13, 20-25, 25-19, 14-13, untuk keunggulan tim kampung.
"Ayo Mad, satu lagi!"sorak teman-temannya.
Tapi tiba-tiba wasit meniup peluit, tim Mahasiswa meminta pergantian pemain, karena Abi mengalami kram di paha kiri. Fatir memberi isyarat pada Budi untuk masuk menggantikan. Sebenarnya Budi sempat bermain di dua set awal, cuma dia digantikan oleh Abi untuk menghemat tenaga. Budi pun berlari ke lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)
Teen FictionDika dan Budi, dua musuh bebuyutan di masa SMP tak disangka menyimpan rahasia perasaan yang sama, namun konflik sepele khas anak ABG plus kejaiman dan ego masing-masing membuat mereka mengabaikan suara hati. Namun semua rasa itu kembali mengusik ket...