Gairah Tiada Batas

524 27 0
                                    

Budi terbangun bertepatan dengan ayam berkokok, tubuhnya letih sekali, luar biasa lelah, namun karena dia sudah terbiasa bangun pagi maka secara otomatis tubuhnya merespon kokokan ayam-ayam jantan itu.
Rasanya belum ada satu jam dia tertidur, dia melirik ke samping dimana ada Dika yang tengah terlelap di balik satu selimut, selimut yang sama seperti yang menutupi tubuhnya, di balik selimut itu keduanya masih bertelanjang, setelah menguap berkali-kali Budi pun bangkit, mencari celana dalamnya yang terserak di lantai, tangannya menyambar handuk, sembari berjalan handuk itu dililitkan kepinggang, dia melangkah menuju dapur, mencari lampu minyak dan menyalakannya. Dengan pelita itu dia menuju sumur buat bebersih diri. Sumur yang teramat sederhana, khas desa, berdinding potongan karung dan plastik-plastik tenda tebal berwarna hitam. Di satu tiang tergantung cermin kecil, di tiang yang lain pula Budi menggantung lampu minyaknya.

Pagi masih gelap karena menjelang fajar, udara juga masih dingin mencucuk tulang, namun Budi terpaksa harus bebersih sekarang, tubuhnya lengket dan berbau menyengat, bau keringat dan juga bau cairan hasil pergumulannya dengan Dika tadi malam.

"Gila, tak kusangka Dika sebrutal itu kalau ngeseks, tubuhku bagai remuk dibuatnya" Budi terbayang permainan erotis nya tadi malam bersama Dika.

"Aww" Budi berseru kecil karena rasa perih tatkala mengguyurkan air pelan-pelan di sekitar perutnya.

"Astaga!" Seru Budi ketika melihat dada dan perutnya, penuh bercak kemerahan, bahkan beberapa bekas gigitan.

"Dika memang gila-gilaan, nafsunya meledak-ledak bagai birahi seekor kuda jantan" setelah membersihkan bercak-bercak akibat lecet itu, Budi kembali bersiap mandi, tangannya menyidukk air dari dalam bak menggunakan sebuah gayung, namun baru enam guyuran tiba-tiba ada yang menyibak pintu kamar mandi yang hanya berupa potongan karung. Kejap kemudian sosok itu telah memeluknya dari belakang, erat dan menempel hangat.

Budi melirik, "Dika" ucapnya pelan.

Dika menyeringai mesum, pelukannya pada Budi semakin erat, bahkan Budi merasa ada sesuatu yang tegak  menempel di bokongnya, keras dan besar sekali. Budi melirik ke bawah, sial, kejantanan Dika telah ereksi sempurna.

"Sayang, aku kepengen lagi, kau terlalu indah buat kulewatkan" ucap Dika.

Budi bergidik ngeri, tak menyangka kalau Dika itu seorang hyper seks.

"Dik, jangan! Aku lelah sekali..." Namun seketika tubuh Budi terhentak kaget. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dika telah menyodokkan miliknya tanpa aba-aba, keras sekali. Hingga benda kebanggaan lelaki itu langsung amblas menancap dalam.

"Argghh" Raung Budi menahan sakit.
"Pelan-pelan" ucapnya perih, ini benar-benar menyakitinya.

Namun Dika tak perduli, dengan menggebu-gebu, dia menggagahi Budi, bahkan satu kakinya telah naik ke atas dinding bak air agar pinggulnya lebih leluasa menghujamkan pedang tumpul itu hingga mentok secara liar.

"Dik.. pelan-pelan" ingat Budi lagi, tapi Dika tak menggubrisnya, malah semakin kesetanan.

Tiba-tiba saja...
"Glek" wajah Budi memucat seketika, tatkala pandangannya membentur pintu kamar mandi, ternyata disana telah tegak berdiri sosok Aris dengan wajah melongo.

Budi ingin berontak agar lepas dari persenggamaan Dika, namun Dika acuh.

"Maaf, tadi aku kebelet, aku tak tau kalau kalian.." ucap Aris dengan suara tergetar.

"Pergi kau, ganggu orang ngentot aja!" Ucap Dika garang.

Budi dan Aris sama-sama kaget, bisa-bisanya disaat seperti ini Dika lebih mengedepankan birahinya dibanding rasa malunya, bahkan pinggulnya masih asyik bergerilya menyodok-nyodok.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang