-HAPPY READING-
📍SMA LENTERA BANGSA
Pagi ini pelajaran pertama kelas Zila adalah olahraga dengan materi Bola Basket. Terlihat Zila sedang mendribble bola basket dengan sangat lihai. Ekspresi datar dan dingin menghiasi wajahnya. Keringat yang bercucuran di dahi gadis itu, membuat kaum adam tergoda. Namun, Zila selalu bersikap tak acuh.
"ZILA!" teriak seorang gadis manis memanggil namanya. Zila menoleh dan mendapati sahabat nya yang tengah berlari ke arahnya sambil membawa botol minum.
"Kenapa?"
Terlihat, gadis dengan bername tag KINARA RAYZA itu tengah mengatur napasnya. "Tadi, g-gue ketemu pak Didi. Beliau bilang hari ini mau mengambil nilai praktek bermain bola basket," jelas Ara masih dengan nafas tersenggal-senggal.
"Oh," jawab Zila singkat. Kemudian melanjutkan permainannya yang sempat tertunda tadi.
Ara menatap sahabatnya tak percaya. "Lo kok biasa aja sih? Ini tuh dadakan Zil!" sewot Ara.
Zila hanya mengangkat bahunya tanda tak acuh. "Gue siap aja." Mendengar itu, Ara menjadi kesal. Hey! apa Zila tidak ingat jika sahabatnya ini noob dalam permainan bola keranjang?
"Tapi kan gue gak bisa main basket, Zil," ketus Ara. Gadis dingin itu menghentikan permainannya dan menatap sahabat nya yang tengah kesal. Pfft! Rasanya Zila ingin terbahak sekarang juga. Tapi sebisa mungkin ia tahan. Ekspresi wajah Ara lucu sekali di mata nya.
Lihat lah, bibir Ara mengerucut tanda ia sedang kesal sekarang. Di dalam mata Ara, Zila dapat melihat ketakutan dan gugup yang bercampur aduk. Tak lupa keringat terus bercucuran tanda ia sangat takut jika tidak bisa melewati praktek bola basket ini.
"Nih pegang tangan gue, panas dingin tau!" ucap Ara dan menyodorkan tangannya. Zila langsung memegang tangan Ara dan ia mengangguk. "Kayak dispenser," gumamnya.
Ara yang tak mendengar jelas perkataan Zila barusan langsung bertanya. "Hah? Kenapa?"
Zila berdeham pelan. "Nggak."
Suara peluit yang sangat nyaring menghentikan pembicaraan dua sejoli tadi. Terdengar, teriakan seorang pria yang begitu tegas. Tidak lain adalah Pak Didi. Guru mata pelajaran olahraga dikelas 11.
"BARIS SEMUA BARIS! CEPAT !! YANG LELET BAPAK SURUH JALAN JONGKOK MUTERIN LAPANGAN BASKET."
Siswa-siswi yang mendengar itu langsung terkejut dan langsung berhambur-hambur untuk membuat barisan. Karena mereka jelas tidak mau jalan jongkok muterin lapangan basket yang seluas— ah! Tidak bisa dijelaskan.
Pak Didi berdeham keras. "JANGAN BERSISIK! BAPAK MAU NGOMONG!" teriak guru yang mempunyai kepala yang berkilau seperti cilok itu. Mendengar teriakan dari sang guru, sontak semuanya langsung terdiam.
"Bagus," puji Pak Didi.
"Oke anak-anak hari ini kita akan mengambil nilai praktik cara bermain bola basket yang benar," tutur Pak Didi menjelaskan.
Semua siswa siswi dibuat terkejut lagi mendengar ucapan pak Didi barusan. Dan ada satu orang yang berani mengangkat tangan nya dan berkata,
"PAK! KOK DADAKAN SIH?" protes salah satu siswi."Memangnya kenapa Akila? Bukannya bapak kemarin sudah memerintahkan kalian untuk berlatih sendiri?" tanya pak Didi.
"Tapi bapak gak bilang kalau hari ini mau mengambil nilai. Bapak cuma nyuruh latihan doang! Kan kami jadi gak siap, Pak," kesal Kila. Salah satu gadis yang tingkah laku nya sangat bar-bar di kelas XI IPS 3.
Semua murid langsung membenarkan perkataan Kila tadi. Ara yang sudah ketakutan, bingung harus bagaimana. Dia hanya bisa merapalkan doa doa supaya hari ini turun hujan. Tapi sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya. Seolah langit yang sangat cerah itu mendukung jika Ara mendapat nilai yang buruk dalam praktik bola basket ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAZIFA [ Completed ✅ ]
Teen FictionNazila Maura Aryana, gadis yang memiliki kepribadian dingin, tak tersentuh, cuek dengan sekitar, namun tetap bersikap hangat pada keluarganya. Keluarga yang sebenarnya. "Gue cuma anak buangan yang pembawa sial," ucapnya seraya tersenyum getir. _____...