[48] Kecewa

2.2K 230 22
                                    

Yuda merasa aneh gerak-gerik Zila saat bel pulang berbunyi. Tubuh gadis itu terlihat menegang ketika menatap ke arah ponsel. Karena posisi lelaki itu tepat dibelakang kursi Zila, Yuda mengintip sedikit isi ponsel Zila. Ternyata room chat nomor yang tak dikenal telah memberikan lokasi.

Kecurigaannya bertambah saat tak sengaja bola mata Yuda bergerak ke arah ambang pintu kelas. Bola mata lelaki itu sempat membola dengan alis yang tertaut. Kemudian perhatiannya terfokuskan lagi pada gadis yang berkuncir kuda didepannya. Zila beranjak dan keluar kelas dengan langkah pelan seraya menatap Yuna dengan tatapan yang tidak bisa Yuda pahami.

Khawatir. Yuda merasa khawatir saat jari telunjuk Yuna yang lentik seolah menginstruksi Zila agar mengikutinya. Mengingat Yuna pernah berbuat sesuatu yang jahat kepada Zila, jadi Yuda memutuskan untuk mengikuti mereka berdua.

Hingga sampai di gerbang sekolah, Yuda melihat Yuna yang memasuki mobil mewahnya sementara Zila sudah naik ke atas motor dan berboncengan dengan pria yang memakai jaket kombinasi warna hijau dan hitam.

"Mereka berdua mau kemana?" tanya Yuda entah pada siapa. Hendak menuju ke arah motor nya yang diparkir disebelah sana, namun tepukan di pundaknya membuat Yuda menoleh cepat.

Faqih. Remaja yang memakai seragam batik SMP itu menyengir saat Yuda menatapnya terkejut. "Cieee, kaget ya, Bang?"

Yuda mendengkus. "Kaga! Cuma pura-pura syok aja kek di pilem-pilem."

Faqih berdecak.

"Lo ngapain kesini?" tanya Yuda heran seraya melangkah mendekati motornya.

"Mau jemput Kak Zila. Orang nya kemana?" Faqih celingak celinguk menatap sekitar. "Kak Zila nggak bareng sama lo, Bang?"

Yuda langsung menarik Faqih dan menyuruhnya agar naik ke atas motor Yuda. "Eh eh, mau ngapain nih? Lo gak ada niatan mau nyulik gue dan jual gue ke holang kaya kan, supaya dapet du---"

"Diem, Qih!" sentak Yuda membuat Faqih menatapnya tajam. "Wah, bener nih Bang Yuda pengin culik---"

"Itu kakak lo lagi dalam bahaya, Qih. Sekarang jangan bacot dulu," ucap Yuda serius membuat Faqih diam.

"Mana Kak Zila, Bang?" tanya Faqih khawatir.

"Itu mereka udah jalan! Makanya diem dulu, terus kalo ntar pas di jalan lo liat Zila boncengan sama Abang ojek kasih tau gue!"

Faqih mengangguk mantap. "Siap! Serahkan ini kepada detektif Faqih."

"Gue juga detektif, ya!"

Merotasikan matanya, Faqih mengangguk malas. "Detektif gadungan," gumam lelaki itu.

Yuda tak menjawab. Ia mulai mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, membuat Faqih dibelakang nya menjerit heboh.

"WOAAH, BANG YUD! GILAA MANTAP JIWAA ANGIN SEPOI-SEPOII," seru Faqih dengan rambut yang beterbangan. Memberanikan diri, lelaki itu berdiri sembari memegang kedua pundak Yuda membuat cowok yang sedang fokus mengendarai sedikit oleng.

"HEH PAQIH! JANGAN BERDIRI SAMBIL MEGANG PUNDAK GUE KEK GITUU. GELI GUE ANJAY!" Kedua lelaki itu sangat heboh membuat orang-orang disekitar yang sedang mengendarai menatap aneh mereka.

"BODOAMAD, BANG. GILA, MANTEP BANGET KEK VALENTINO ROSSI," sahut Faqih balas teriak. "Lebih cepat lagi, Bang! Motor lo keren banget asoyyy. Buat gue boleh gak, Bang?!"

"TERSERAH, QIH, TERSERAH. KOLOR GUE EMANG KEREN, TAPI GAK USAH TERIAK-TERIAK BISA GAK?!"

Faqih mengernyit. Kolor?

"Dih, Bang Yuda budeq pake q. Jangan lupa qalqalah kubra nya di pake. Gue bilang nya motor, bukan kolor, Ngab!"

"Heh! Udah napa, jangan bahas kolor. Malu gue anjir." Di depan, Yuda melirik kanan kiri menatap orang-orang yang kini tengah menatap mereka berdua dengan tatapan sengit karena sangat berisik.

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang