Mengingat masa lalu nya yang sangat kelam membuat Zila tersenyum kecut. Dia tidak mengerti, mengapa Tuhan melahirkannya ke dunia yang fana ini jika kehadirannya selalu membawa sial untuk semua orang?
Dulu, Zila tidak paham apa itu 'Pembawa Sial'. Tapi, seiring dengan waktu dia mengerti bahwa pembawa sial adalah orang yang selalu membawa bencana untuk orang lain. Zila sempat berpikir bahwa itu semua adalah takdir. Namun, semakin hari, semakin banyak orang yang dekat dengannya lalu terkena bencana yang mengenaskan.
Kecuali Ara dan keluarga Aryana.
Atau mungkin ... belum?
Zila menggelengkan kepalanya, ia tidak berharap Ara dan Keluarga Aryana terkena sial karena dirinya. Zila selalu berdoa kepada Tuhan untuk selalu melindungi orang-orang terdekatnya. Dan sepertinya, Tuhan mengabulkan permintaan gadis cantik itu.
Sesungguhnya Zila ingin hidup sendiri. Gadis itu tidak mau dekat dengan siapapun kalau pada akhirnya orang itu akan terkena sial. Tapi takdir berkata lain. Dia dipertemukan oleh keluarga Aryana dan Ara—sahabat nya di sekolah. Awalnya Zila sangat khawatir jika mereka akan terkena sial karena dirinya, tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda masalah yang menghampiri mereka.
Dan Zila sangat bersyukur akan hal itu.
Ada satu orang lagi yang Zila khawatirkan..
Yuda.
Lelaki itu sangat baik kepadanya walau sangat menjengkelkan, namun setiap Zila ada masalah pasti Yuda akan membantu. Hal itu membuat Zila semakin khawatir kalau suatu hari, lelaki itu akan terkena masalah.
Contohnya kemarin saat Yuda kerumah nya tengah hari bolong dan Zila sedang tidak enak badan. Dia mengusir Yuda bukan karena ia ingin istirahat saja, namun gadis itu tidak mau Yuda terlalu lama berada di dekatnya. Tetapi lelaki itu saja yang memang menyebalkan dan tidak peka.
Memikirkan Yuda membuat Zila terkekeh kecil mengingat kelakuan konyol tetangga nya yang selalu membuat onar dan tidak tahu malu. Entah dimana ia menaruh urat malunya itu, ah Zila tidak peduli.
Gadis itu berbalik untuk masuk ke kamarnya dan beralih menatap jam dinding. Oh, ternyata sudah pukul setengah lima pagi, yang artinya sedikit lagi azan subuh berkumandang. Dengan segera, Zila menyimpan bingkai foto Mami nya dan mengambil handuk untuk segera mandi terlebih dahulu.
• • • •
Cuaca pagi ini lumayan buruk. Awan-awan menutupi matahari, sehingga matahari tidak bisa menampakkan senyumannya. Hujan rintik-rintik mulai turun dari atas langit, dan membuat seorang gadis yang berada di teras rumahnya pun mendesah kecewa. Berbeda dengan remaja lelaki yang disamping gadis itu, ia bersorak senang.
"Yes! Hari ini gak jadi upacara," sorak remaja lelaki yang memakai seragam putih biru itu dengan tangan yang terkepal bahagia. Membuat gadis di samping nya menatap datar ke arah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAZIFA [ Completed ✅ ]
Teen FictionNazila Maura Aryana, gadis yang memiliki kepribadian dingin, tak tersentuh, cuek dengan sekitar, namun tetap bersikap hangat pada keluarganya. Keluarga yang sebenarnya. "Gue cuma anak buangan yang pembawa sial," ucapnya seraya tersenyum getir. _____...