[3] Pertemuan Pertama

6.3K 390 0
                                    

"Buat apa gue peduli? Kenal juga nggak!"- Elang Arvino Ghazaly

🌼🌼🌼

"Aneh, jantung gue kenapa?"- Nazila Maura Aryana
Air dengan derasnya turun dari permukaan langit. Angin berhembus dengan kencang menerpa wajah seorang gadis yang memakai masker. Dia duduk di sebuah halte menunggu angkutan umum yang tak kunjung datang. Dia menggerutu dalam hati.

"Kayaknya hari ini gue sial banget," ucapnya sambil melihat keadaan jalan yang ramai walaupun hujan deras. Dia memeluk tubuh nya sendiri karena kedinginan.

"Apa gue jalan kaki aja, ya? tapi bisa bisa sampe rumah jam 7 malam," ucapnya lagi pada diri sendiri.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki duduk disebelah nya yang baru saja turun dari motor. Zila melirik laki-laki itu sekilas, seragam sekolah mereka berbeda. Lalu Zila bersikap seperti biasanya. Entah kenapa dia merasa tidak nyaman dan jantung nya berdegup lebih kencang dari biasanya.

Ga beres.

Zila menggelengkan kepalanya pelan, dan masih memeluk tubuhnya karena kedinginan. Ia melihat seorang pria menuju ke arahnya. Bukan, lebih tepatnya ke arah yang ia gunakan sebagai tempat teduh. Pria itu membawa sebuah gitar di tangannya.

Sepertinya dia pengamen, batin Zila berucap.

Keadaan menjadi sangat canggung saat ini. Pengamen itu duduk diantara Zila dan laki-laki tadi.

"Oy, Bang!" Seru pengamen itu kepada laki-laki tadi. Sontak lelaki itu terkejut dan menoleh ke arah pengamen itu sambil menaikkan alisnya sebelah, bermaksud 'Ada apa?'

Pengamen itu terkekeh sambil menggelengkan kepala nya, "Gapapa, cuma nyapa doang," jawab pengamen itu.

Lelaki tadi hanya mengerjapkan matanya dan melanjutkan bermain ponsel.
Tiba-tiba ada seorang gadis kecil yang memakai pakaian lusuh, sobek sobek mengadahkan tangannya ke lelaki tersebut. Lelaki itu mengangkat wajah nya dan melihat gadis kecil dengan raut bingung nya. Sedetik kemudian ia mengerti dan memberikan selembar uang berwarna biru kepada gadis kecil itu. Pengamen yang tadi merogoh saku celananya dan ikut memberi uang selembar berwarna hijau kepada gadis itu. Hal itu menarik perhatian Zila, ia hanya diam melihat interaksi ketiga orang tersebut.

Gadis kecil itu menggeleng, membuat ketiga orang dewasa mengernyit heran, tak terkecuali Zila. Zila pun ingin menghampiri gadis kecil itu, tapi ...

Hiks..

"Hah?"

Pengamen dan lelaki tadi melongo melihat gadis kecil itu menangis. Batin mereka bertanya-tanya, "Dikasih uang kok malah nangis?"

Zila tertegun sejenak, matanya mengerjap beberapa kali dan sedikit memiringkan kepala nya melihat gadis kecil itu. Senyum tipis terbit di bibir merah muda alami nya, tapi tidak ada yang melihatnya karena ia memakai masker.

Zila merogoh tas sekolah nya mencari sesuatu dan, hap! ketemu. Ia mengambil sebuah roti yang ukurannya lumayan besar dan menyodorkannya ke gadis kecil itu. Lelaki tadi dan pengamen tadi hanya diam melihat interaksi keduanya.

"Mau?" tawar Zila, gadis kecil itu mengangguk senang dengan mata yang berbinar melihat makanan didepannya.

Zila memberikan roti nya kepada gadis kecil itu. Sedangkan pengamen dan lelaki tadi masih mencerna hal yang dilakukan Zila.

"Dia butuh makanan, bukan uang," ucap Zila tiba-tiba.

Kedua lelaki itu hanya ber'oh'ria. Yang satunya lagi menatap Zila dengan lekat.

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang