Sebuah truk berjalan dengan kecepatan penuh. Dua gadis yang tengah menyebrang tidak menyadari jika truk tersebut dari jauh sudah mengklakson beberapa kali. Hingga akhirnya....
"ZILA!"
"ZIFA!"
.
.
.Yuda menangkap Zila dan mereka berguling-guling di atas rumput taman. Nafas Zila terengah-engah, gadis itu masih syok apa yang barusan terjadi. Zila mendorong tubuh Yuda dan dengan gerakan cepat ia berdiri dan menatap di sebrang sana Elang telah menyelamatkan Zifa.
Di sebrang sana..., Elang tengah memeluk Zifa yang terlihat ketakutan. Helaan napas lega lolos dari bibir Zila, namun ada satu hal yang aneh di hatinya. Zila menggeleng beberapa kali, ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya. Ia berlari menyebrang jalan menghampiri tempat dimana Elang dan Zifa berada.
Elang melepaskan pelukan Zifa dan lelaki itu terkejut kala Zila menarik tangan Zifa dan memeluk erat Zifa sambil menggumamkan kata maaf berulang kali.
"Maaf, maaf... gue minta maaf." Zila memeluk erat Zifa dengan berderai air mata. Zifa yang di peluk Zila pun membalas pelukan Zila. "Maura, lo gak salah, disini yang salah gue karena dari tadi ngoceh terus gak perhatiin kanan kiri."
"Gue salah, maaf." Zila masih belum melepaskan pelukannya dengan Zifa.
Elang dan Yuda menatap bingung dan khawatir pada Zila yang tiba-tiba menangis. Yuda merasa aneh, tetangganya itu jarang sekali menangis. Bahkan Yuda tak pernah melihat Zila menangis. Terkenal jutek dan dingin membuat Yuda berasumsi jika Zila mempunyai mental yang kuat.
Yuda melipat bibirnya. Ah sudahlah, mungkin karena Zila merasa bersalah dan bukannya mood gadis itu sedang tidak baik? Pikir lelaki itu.
"Udah ya, Ra. Gue gapapa, kok," ujar Zifa sambil melepas pelukannya dan mengusap air mata Zila.
Deg!
Mata ini ... Mata Maura mengingatkan Zifa pada masa lalunya. Zifa menggeleng beberapa kali, berusaha menepis pikirannya. Gadis itu mengukir senyum manis. "Udah ya jangan nangis. Lo gak salah,"
"Udah ya jangan nangis, Lala gak salah kok."
"Gue gak nangis!" elak Zila.
"Lala gak nangis!"
Zifa tertegun, ia merasa obrolannya dengan Zila seperti obrolan dengan saudari kembarnya di masa lalu. Dan Zifa tidak mengerti, mengapa bisa menjadi seperti ini.
Atau mungkin, hanya kebetulan?
"Udah, kan, dramanya? Yuk pulang Maura yang cantik, ntar Ayah lo ngomel-ngomel kalo gue kelamaan ngajak lo jogging," celetuk Yuda dengan sengaja memanggil Zila dengan sebutan Maura. Sebenarnya ia ingin mengejek Zila, tapi Yuda lupa. Zila bukanlah orang yang gampang untuk di ajak bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAZIFA [ Completed ✅ ]
Novela JuvenilNazila Maura Aryana, gadis yang memiliki kepribadian dingin, tak tersentuh, cuek dengan sekitar, namun tetap bersikap hangat pada keluarganya. Keluarga yang sebenarnya. "Gue cuma anak buangan yang pembawa sial," ucapnya seraya tersenyum getir. _____...