Hai, ada yang nungguin?
Beribu maaf aku ucapkan pada readers karena dua minggu ini nggak up🙏
Sorry ya pren, dua minggu ini aku bener-bener sibuk banget. Wp jadi kurang kepegang:(
Kalau lupa alur, bisa dibaca ulang ya part sebelumnya, maacii
Happy Reading!💗
Papi Berubah, Lala Gak Suka.
Hati Hendri merasa tercabik membaca judul itu. Satu kalimat, lima kata dan dua puluh dua huruf itu mampu membuat bibirnya terkatup rapat. Kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf ia baca dengan teliti. Hendri tahu, ini bukan tulisan Zila. Karena gadis berusia 5 tahun belum cukup mampu menulis dan mahir membaca.
Setelah 15 menit ia membaca semuanya, Hendri menyentuh dadanya yang terasa sangat sempit. Setetes bulir mata bening kian membasahi pipinya. Ia menghapus kasar cairan tersebut. Ingatannya melayang ke masa lalu saat ia mulai terpengaruhi oleh Dewa.
*********
Setelah Nenek Liora Meninggal...
"Percaya sama aku, Mas. Zila kita nggak mungkin melakukan ini dengan sengaja. Lala nggak mungkin bunuh Mama mertua."
Hendri menggeleng tegas. "Mau dia sengaja atau tidak, akhirnya pun akan sama bukan? Mama ku telah tiada karena siapa, Nia? Karena Zila!"
Sonia menghela napas kasar. Ia mengiring Hendri untuk duduk diatas ranjang mereka. "Oke aku akuin Zila salah. Tapi, apa yang dipikirkan gadis berusia 5 tahun tentang racun? Mereka nggak paham."
"Gak mungkin Zila nggak paham, Sonia. Zifa saja sudah bisa membaca, lantas Zila sebagai kakak mengapa tidak bisa membaca tulisan botol racun itu?" Hendri menimpali dengan kesal.
Tatapan tak percaya, Sonia layangkan kepada Hendri. "Sejak kapan kamu membeda-bedakan Zila dan Zifa? Kamu tahu sendiri, Mas. Otak Zifa lebih cepat menangkap dari pada otak Zila. Sementara Zila mempunyai keterampilan melukis yang baik. Anak gadis kita mempunyai kelebihannya masing-masing, Mas."
Benar juga, batin Hendri. Ingin sekali ia mengucapkan apa yang dikatakan Sonia benar tetapi yang keluar adalah ...
"Terserah kamu, Nia. Aku capek mau tidur."
**********
Detik detik Ravin ditabrak truk...
Seorang gadis kecil yang berusia 6 tahun sedang bermain kejar-kejaran dengan kakaknya, Ravin, yang kala itu sudah menginjak usia 10 tahun. Dua anak itu tampak tertawa bahagia dengan juluran lidah Ravin berikan kepada Zila yang tidak bisa menangkapnya.
"Lala lama kayak siput yang ada di film Pada Zaman Dahulu," ejek Ravin masih terus berlari sesekali menengok kanannya ke belakang.
Zila kesal karena Kakaknya mengejeknya. Ia menambah kecepatan larinya seraya berucap, "Lala maunya kancil, bukan siput."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAZIFA [ Completed ✅ ]
Teen FictionNazila Maura Aryana, gadis yang memiliki kepribadian dingin, tak tersentuh, cuek dengan sekitar, namun tetap bersikap hangat pada keluarganya. Keluarga yang sebenarnya. "Gue cuma anak buangan yang pembawa sial," ucapnya seraya tersenyum getir. _____...