[14] Pengirim Rahasia

2.7K 233 9
                                    

| h a p p y • r e a d i n g |

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

| h a p p y • r e a d i n g |




"Habis dari mana, Fa?"

Rani menghampiri Zifa yang baru saja masuk kelas dengan senyuman lebar yang terukir di wajahnya.

"Perpus," jawab Zifa masih dengan senyuman manis di wajahnya.

Rani mengerutkan dahinya, "Lo habis menang give away Baim Paula, apa gimana?" tanya Rani yang membuat senyuman di wajah Zifa luntur seketika.

"Orkay mana pernah ikut give away, Ran," ucap seorang gadis tiba-tiba menghampiri Rani dan Zifa.

Zifa mengangguk setuju lalu mengibaskan tangannya di udara. "Iya lah, kalo gue mau minta sesuatu, tinggal bilang sama Papi. Eh pasti pulang sekolah barang itu udah ada di rumah."

Rani memutar bola matanya malas. Anak sultan mah beda!

"Eh iya, Ghin! Tadi gue ketemu doi lo dong di perpus." Zifa menaik-turunkan alisnya.

Sontak, Ghina langsung melebarkan matanya, "WOYY! BENERAN?" pekik Ghina heboh memukul berkali-kali meja Zifa.

"Iya, beneran! Suer." Zifa menjawab dengan tangan yang berbentuk huruf 'V'.

Ghina yang tadinya haha hihi seketika langsung cemberut dan memukul lengan Zifa. "Ih lo mah, kalo kemana-mana gue ikut dong. Perasaan lo mulu yang ketemu doi gue."

"Lah, mana gue tau. Emang nya lo mau ke perpus?"

Ghina menyengir dan menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. "Nggak sih, tapi kalo ada doi, GAS LAH!"

"BTW, tadi kak Noval ganteng banget, loh Ghin. Rambutnya basah gitu, behh, damage nya gak ngotak!"

Zifa semakin mengompori Ghina dengan wajah yang dibuat-buat. Lihat saja, wajah gadis cerewet itu langsung memerah padam karena kesal. Rani yang tidak punya doi, hanya diam mendengarkan kedua sahabatnya mengoceh terus menerus. Dalam hati, dia meratapi nasib nya yang tak mudah jatuh cinta kepada lawan jenis. Tapi, kalau ada cogan, mata Rani yang tadinya ngantuk langsung melotot kok. Gadis itu masih normal.

"Loh, Ran? Kok diem aja?" tanya Ghina karena melirik Rani yang dari tadi hanya diam.

"Gapapa."

Zifa menepuk pundak Rani. "Hey! Lo, kan, udah ada Zafi," ucapnya berniat menggoda, tetapi malah membuat Rani menghela napas kasar.

"Lo kan tau, Zafi itu lulusan pesantren pas SMP. Terus tuh ketos juga alim banget, mana mau pacaran dia mah. Yang ada langsung ta'aruf terus nikah," celetuk Rani.

Zifa dan Ghina meledakkan tawa nya. Mereka tak kuasa melihat Rani yang sekalinya suka—ralat, kagum sama cowok, eh malah cowok itu gak mau di ajakin PDKT. Terlalu alim katanya.

"Udah mana, tatapan Zafi sama Ayra beda banget. Kayak, gimana gitu..," curhat Rani.

Ghina mengernyit. "Ayra teh saha?"

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang