[55] Pengorbanan

2.6K 207 43
                                    


PERHATIAN!!!!!!

DARI BAB INI (55) SAMPAI BAB ENDING ALURNYA DI UBAH, YA! JADI YANG BACA ULANG DAN MERASA ALURNYA BEDA, JANGAN TANYA2 LAGI OKE?

Buat pembaca baru, jangan keliru sama komenan bab2 berikutnya... karena memang dari bab ini aku udah revisi, tentang dunia medis.

Aku berterimakasih banyak sama readers yg udh ngingetin tentang kalo nulis medis ga boleh sembarangan, karena ini alurnya udah aku ubah, yaa...

Okay, Happy Reading!

___________________________________

Panti Asuhan Cemara.

Ya, Hendri mengunjungi Panti Asuhan yang pernah Zila tempati. Dengan langkah lebar, Hendri langsung masuk ke dalam dan mencari seseorang. Bukan Bu Nisa selaku Kepala Panti, tetapi ada seseorang lain. Bola mata pria itu membola saat melihat seorang wanita paruh baya yang usianya hanya terpaut 3 tahun dibawahnya sedang menyuapi seorang anak kecil.

"Lita!"

Wanita yang dipanggil Lita itu langsung menegang kala Hendri berlari kecil menghampiri dirinya. Ia menyuruh pengasuh lain untuk membawa anak anak ke dalam dan ia berdiri. Jantung nya berdebar menatap mantan majikannya, sudah berapa tahun ia tak melihat wajah Hendri? Entahlah, Lita sendiri pun sudah lupa.

"Tuan Hendri...," lirihnya dengan kedua tangan terkepal.

Hendri mengatur napas nya yang terengah-engah, ia duduk di atas kursi taman yang kebetulan saat itu ada di posisi mereka berhadapan saat ini.

"Kamu..., masih ingat saya?" Pertanyaan konyol dari Hendri membuat Lita berdecih.

"Mau apa anda kesini, Tuan? Apakah anda sudah lupa jika beberapa tahun yang lalu saya sudah resign menjadi ART keluarga Atmaja?" tanya Lita to the point.

Hendri tersenyum samar. Ia menepuk-nepuk kursi disamping nya. "Duduk lah, ada yang ingin saya tanyakan."

Walaupun dengan mata yang mendelik sinis, Lita tetap duduk di samping Hendri tetapi dengan jarak yang sedikit jauh. Untung saja kursi taman itu sangat panjang. Hendri mengernyit. "Kenapa jauh sekali?"

"Jaga jarak! Kopit masih belom kelar!" celetuknya tidak memikir dua kali. Hendri terkekeh mendengar celetukan itu. Lita, mantan Asisten Rumah Tangga keluarga Atmaja dulu yang sudah Hendri anggap sebagai adiknya sendiri karena umur mereka hanya berbeda 3 tahun.

"Lita."

"Apa kabar Nyonya Sonia, Zifa dan Rayn, Tuan?" sela Lita terlebih dahulu.

Hendri berdeham keras. "M-mereka.., sedang tidak baik-baik saja."

"Saya tahu," sahut Lita.

Sekali lagi, Hendri dibuat bingung oleh wanita disamping nya.

Lita menoleh sepenuhnya ke arah Hendri dengan mata yang berkobar api. "Selama kau masih hidup, keluarga Atmaja tidak akan bisa baik-baik saja."

Fyi, Lita merupakan seorang wanita yang ceplas-ceplos, tidak pernah berpikir sebelum bicara, dan menyelutukkan fakta yang membuat sang lawan bicara selalu merasa tertohok seperti Hendri saat ini.

"S-saya..." Bola mata Hendri bergerak ke kanan dan ke kiri. Merasa tidak nyaman dengan apa yang dikatakan Lita barusan.

"Cepat bicara! Saya tidak mempunyai banyak waktu untuk berbicara dengan orang yang tak berakal seperti anda."

"Ini tentang Zila." 3 kata yang lolos dari bibir Hendri membuat Lita terbungkam sesaat.

"Kenapa?"

"Zila—"

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang