• PROLOG •

14.6K 696 10
                                    

Assalamu'alaikum..

Kalian dapat cerita ini dari mana?

Oh ya, cerita ini lagi di tahap revisi, jadi kalo ada yang baca ulang merasa alurnya/partnya agak beda gapapa yaa...

Sebelum membaca, alangkah baiknya dengerin voice over sudut pandang Nazila dulu yuukk👇

♡-HAPPY READING-♡

"Apa salah Lala, Pi? Sampai Papi mau membuang Lala ke panti asuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa salah Lala, Pi? Sampai Papi mau membuang Lala ke panti asuhan."

Seorang pria yang usianya berkisar 33 tahun itu tangannya digenggam oleh sang putri langsung menepis tangan mungil tersebut. Siapapun yang melihatnya pasti paham bahwa pria itu sangat marah sekarang. Matanya menatap jijik ke arah gadis mungil yang beralih memeluk kaki panjang nya.

"Lepas, sialan! Jangan panggil saya Papi," ucapnya dengan nada tertahan. Dia berjongkok, menyamakan tingginya dengan anak perempuan tersebut. "Karena saya nggak sudi punya anak pembawa sial seperti kamu, Nazila!"

Nazila, atau kerap dipanggil dengan Lala oleh keluarga kecilnya dulu.

Iya, dulu.

Sekarang, tidak lagi. Ketika Papinya dengan tega menyeretnya dari Rumah Sakit bak binatang ke Panti Asuhan ini, gadis berusia 6 tahun itu paham. Kini, ia telah dibuang oleh keluarganya.

Dibuang... Kata yang sangat menyakitkan.

Gelengan kepala Lala lakukan, ia sungguh tidak mau tinggal di panti asuhan ini. Dia, masih mempunyai keluarga yang menyayanginya. Iya, kan? Tolong jawab iya. Karena Nazila tidak mau mendengar kata selain itu.

"P-Papi? Nggak mau disini, takut," lirihnya dengan mata yang memerah karena terus menangis. Bahkan orang yang tidak waras pun masih bisa merasa iba walau rasa iba itu hanya dua butir beras. Namun, pria yang sekarang menatap marah ke gadis mungil itu tidak merasa kasihan sama sekali. Dia beralih berbicara kepada Kepala Panti.

"Bu Nisa, jangan sampai dia kabur dari panti asuhan ini. Besok saya dan keluarga saya akan pindah ke Jakarta."

Sangat sakit, Ya Tuhan.

Lala kecil melepaskan tangannya yang tadi menarik celana Papinya-ah, maaf, apakah masih bisa dirinya menyebut Papi?

Hingga di malam hari, terlihat seorang gadis kecil yang tengah meringkuk di kamarnya. Bantalnya sangat basah akibat derai air matanya. Dipeluknya sebuah bingkai foto, yang dimana di dalam foto tersebut terpampang jelas dirinya dan saudari kembarnya tengah bergandengan tangan dan tersenyum ke arah kamera.

Dia memang masih kecil untuk mencerna apa yang terjadi, namun dengan alur yang terus berjalan, dia mengerti satu hal.

Mulai hari ini, besok, lusa dan entah sampai kapan, di hidupnya tidak ada lagi sosok yang menghapus air matanya, merangkulnya, dan menggandengnya saat ingin menyebrang jalan menuju Taman Kanak Kanak.

Nazifa, merasa ada yang kosong di dalam hidupnya.

Bersambung

Gimana sama prolog nya?

Sudah Vote?

Sudah Comment?

Revisi, 1 Mei 2023

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang