[51] Pertumpahan Darah

2.5K 227 37
                                    

Sip, 100 vote 85 komen di part kemarin. Makasih pren 💜

Aku nepatin janji kan? Hehe

Ohh ya, ada author notes ya di bawah tolong jangan skip..

SILENT READERS, AYO TAMPILKAN KOMEN MU!

TYPO BERTEBARAN! HARAP TANDAI ^^

Ketawa ketiwi dulu aja sebelum ada ketegangan :)

Happy reading  ! 💕

_____________________________________

"Dimana ada kehumoran, disitu ada gue."

– Samudera Galih Wijaya –


______________________________________

"Lo ngapain kesini, Gal?"

Galih menyengir lebar seraya menyugar rambutnya ke belakang. "Ngikutin lo. Kepo gue, muka-muka lo itu kayak udah ngebet ngebucin banget."

"Dari mana lo tahu gue ke tempat ini?" tanya Elang heran seraya memasuki lift beriringan dengan Galih.

"Iseng tadi, gue ngasih alat pelacak di motor lo." Galih terkekeh mengingat perbuatan nya tadi.

Tangan kekar Elang memencet tombol lift tersebut seraya menggelengkan kepalanya. "Gue bingung kenapa Zila datang ke perusahaan keluarga Kalandra."

"Apa lagi gue." Galih mendelik. "Tapi ya, Lang. Kayaknya bakal ada big something, dah."

"Maksudnya?" Elang tak mengerti.

Ting!

"Rooftop?" gumam Galih.

"Iya, tadi kata OB yang gue temuin di lantai satu, Zila pergi ke rooftop. Beliau habis dari rooftop juga soalnya," jelas Elang.

Galih hanya ber 'oh' ria. Ia menyipitkan matanya saat melihat banyak orang di rooftop. Cowok itu mencegah pundak Elang yang ingin masuk ke dalam.

"Nanti, Lang. Kita ngintip dulu disini."

Elang gelisah. Bola matanya melebar dengan sempurna saat melihat Zila yang sudah terbaring lemah dengan darah yang terus mengucur dari lengannya. Entah karena apa, tapi Elang juga bisa melihat Hendri dan Dewa yang sedang berdebat.

"Kalo ada Zila dan Pak Hendri, pasti ada Zifa," gumam Galih sambil mengedarkan pandangan.

"Lepas, Gal! Kita harus tolongin Lala gue!" sentak Elang.

"Nanti, Lang. Ini urusan keluarga mereka, kita gak berhak ikut campur."

"Lo lihat disana? Kepala Zifa berdarah. Zifa juga dalam bahaya, Gal," tunjuk Elang pada seorang gadis yang sedang memegangi kepalanya. "Lala juga udah lemas gitu. Gue gak sanggup lihatnya."

Elang benar. Tatapan Galih langsung berubah khawatir.

"Lang, Lang! Kita harus masuk sekarang. Calon ayang kita lagi dalam bahaya. Kita sebagai crush yang baik harus nolongin. Tapi gimana? Kita nggak bawa senjata," cerocos Galih yang membuat Elang merotasikan matanya. Please, deh! Lagi keadaan genting seperti ini cowok itu sempat-sempatnya berbicara ceplas ceplos.

"Bentar. Gue cari senjata dulu," lanjut Galih dan mulai mencari sesuatu yang bisa ia pakai untuk melindungi diri dan calon ayang katanya.

Dan Elang yang masih dalam keadaan gelisah pun harus menunggu dan menatap Zila nanar.

Sementara Hendri dan Dewa masih melanjutkan perdebatan mereka.

"Kalau saya tahu kau akan mengkhianatiku seperti ini, saya tidak akan pernah ingin bekerja sama dengan mu, Hendri," sarkas Dewa yang dibalas tatapan tak terima oleh Hendri. "Mengkhianati? Dewa, saya tidak pernah punya niat seperti itu. S-saya rasa ada yang salah dengan dokumennya ... atau mungkin ada yang ganti?" Ggmam Hendri entah bertanya pada siapa.

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang