[5] Kehangatan Keluarga

4.8K 318 4
                                    

"Ayah? Bunda?"

Seorang wanita dan pria paruh baya turun dari mobil mereka dan disusuli oleh remaja lelaki, yang tidak lain adalah Faqih, Adik Zila.

"Assalamu'alaikum sayang," ucap Rafiq dan Jihan bersama.

Zila tersenyum. "Wa'alaikumussalam Ayah, Bunda!" ujar Zila sembari menyalimi tangan sang Ayah dan Bunda.

"Zila kangen bunda," ucap Zila seraya memeluk Jihan.

Jihan tersenyum dan membalas pelukan anaknya. "Bunda juga kangen sama kamu, sayang. Gimana kabar kamu? Baik baik ajam kan?" tanya Jihan menelusuri semua tubuh Zila memastikan ada yang lecet atau tidak.

"Alhamdulillah Zila baik, Bun. Bunda gimana kabarnya?"

"Baik juga, kok."

Sementara dua orang laki-laki yang sedari tadi hanya menjadi nyamuk melihat dua wanita yang melepas rindu.

"Oke kita di kacangin, Qih," celetuk Rafiq kesal karena Zila tidak mau memeluk dan menanyakan kabarnya.

"Iya, Yah, Kacang kan mahal," timpal Faqih.

Jihan terkekeh melihat suami dan anak bungsu nya. Sedangkan Zila hanya tersenyum tipis lalu beralih memeluk sang Ayah. Ia sangat rindu pelukan ayahnya. Pelukan hangat dari pahlawannya selama ini. Sangat hangat.

Tidak seperti pelukan dia yang dingin.

"Ayah apa kabar? Zila kangen," ucap Zila yang mulai menunjukkan sifat kenakannya jika sudah dengan Rafiq.

"Alhamdulillah baik, kamu baik baik aja kan selama ini?" tanya Rafiq dan hanya dibalas anggukan oleh Zila.

"Eh, masuk dulu yuk, masa di halaman rumah gini sih," ujar Jihan mengingatkan.

"Iya, Bun, Faqih.. Ayo bantuin ayah angkatin koper!" perintah Rafiq. Baru saja Faqih ingin membantah tapi mata Rafiq sudah melotot tanda perintahnya tak mau dibantah. Remaja lelaki berumur 14 tahun itu menghela napas kasar kemudian membantu Rafiq membawa barang-barang.

Sedangkan Jihan dan Zila sudah masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa yang empuk dan mahal itu.

"Bun, kok Faqih bisa barengan sama Ayah Bunda pulang nya?" tanya Zila memulai pembicaraan.

"Iya tadi itu Ayah sama Bunda biar sekalian jemput Faqih di sekolahnya,"
jawab Jihan.

"Terus juga si Faqih pas habis pulang malah pengen pacaran, Zil, udah gandengan tangan aja tuh sama Tiara," timpal Rafiq yang baru saja menyusul ke ruang tamu bersama Faqih yang raut wajahnya masih kesal karena rencananya yang ingin pacaran sehabis pulang sekolah gatot! Alias gagal total.

Zila terkekeh pelan melihat raut wajah adiknya yang tengah kesal itu.

"Masih kelas delapan aja udah pacaran," cibir Rafiq.

"Ayah kenapa sih? Biarin aja napa. Gak inget dulu kita pacaran dari kelas 3 SMP?" balas Jihan yang ikut kesal karena terus menerus memojokkan anak bungsu nya itu.

"Ya beda, Bun—"

"Beda apanya?! Yaudah lah biarin aja selagi gak melewati batas ya gak papa." Ucapan Rafiq terpotong karena sang istri sudah menyemprotnya terlebih dahulu.

"Lagian, jaman sekarang anak SD juga udah peluk-pelukan tuh," celetuk Jihan sekali lagi.

Rafiq menghela napas pelan, selalu kalah telak dari istri cantiknya. Untung cinta ya kan?

Sedangkan Faqih sudah tersenyum kemenangan karena dibela Jihan. Ia mendekati Bunda nya, dan..

Cup!

"Makasih, Bunda!" ucap Faqih lalu langsung lari terbirit-birit ke kamarnya karena melihat bola mata Rafiq yang ingin keluar itu.

"GHIFFARI FAQIH! SINI KAMU! BERANI YA CIUM BUNDA DEPAN AYAH!"

Zila tertawa puas melihat interaksi antara ayah dan adiknya itu, sedangkan Jihan menggeleng-gelengkan kepala nya.

"Bapak sama anak sama aja!"

🍓🍓🍓

19.45 pm

"Lagi buat apa, Bun?"

Zila turun dari tangga menuju dapur dan melihat Jihan sedang membuat adonan kue yang menurutnya sangat lezat.

Jihan menoleh dan mendapati anak nya yang sedang memperhatikannya.

"Kue pukis sayang, kesukaan kamu," jawab Jihan dengan senyuman cantiknya.

Mata Zila berbinar melihat adonan kue pukis yang ingin dimasukkan ke dalam oven. "Kesukaan Zila banget!"

"Iya Bunda tau, makanya Bunda buatin kamu kue pukis buat cemilan malam ini."

"Yaudah yuk, kita ke ruang tamu disana udah ada ayah sama Faqih," ajak Jihan kepada Zila.

"Oke!"

Dua wanita itu berjalan menuju ruang tamu dan mendapati dua laki-laki sedang menjerit-jerit menonton permainan sepak bola di televisi.

"GOL! Ayah menang, yuhuuu!" jerit Rafiq kegirangan karena idola nya berhasil memasukkan bola ke gawang. Sedangkan Faqih? Hari ini adalah hari yang sangat sial menurutnya.

Pertama, acara menonton bioskop dengan Tiara gagal total karena kepulangan Rafiq dan Jihan yang tidak ia ketahui. Kedua, sang pacar sedang ngambek karena tidak jadi acara menontonnya. Ketiga, ck! Idola pemain sepak bola nya kalah dan lihatlah saat ini Rafiq, ayahnya sedang berjoget-joget ria karena selalu menang darinya.

"Ayah apaan sih? Gak jelas banget, deh," ucap Jihan melihat suami nya joget-joget tidak jelas.

"Ayah menang, Bun, ya harus joget lah," balas Rafiq tak mau kalah.

"Dih orang yang menang bukan Ayah!"

"Tapi kan itu idola Ayah. Berarti sama aja ayah menang."

Kedua anak mereka memijat pelipisnya pusing. Selalu saja berdebat tentang masalah kecil.

"Kalo aku tau kamu kaya gini setelah kita nikah, Mas, aku gak bakal mau nikah sama kamu!" sentak Jihan

Skakmat. Rafiq gelagapan mendengar itu. Setelah mengatakan itu, Jihan menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya. Rafiq yang melihat itu langsung mengejar istrinya.

"Sayang, dengerin mas dulu. Oke Mas salah, Mas minta maaf ya," ucap Rafiq dengan lembut.

"GAK MAU! POKOKNYA MALAM INI KAMU TIDUR DI LUAR."

"Yaudah aku mau cari janda cantik aja deh," ucap Rafiq bercanda. Rafiq tahu pasti istrinya akan kembali.

Ceklek!

Kan di bilang. Jihan menuruni tangga dengan terburu-buru.

"Kamu beneran mau cari istri baru mas?" tanya Jihan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Nggak kok. Kan aku cuma cinta sama kamu, sayang,"

Kedua orang tua itu berpelukan layaknya anak baru gede alias ABG. Zila dan Faqih memutar bola matanya malas.

"Yuk, kita duduk," ajak Rafiq terhadap istrinya.

Akhirnya mereka menonton drama sinetron yang Jihan sukai. Baiklah, Kalau ibu negara sudah marah maka dibujuknya akan susah. Jadi lebih baik di turuti aja.

Sesekali mereka bercanda dan tertawa riang sambil menikmati cemilan kue pukis malam ini. Ini lah yang Zila harapkan, keluarga bahagia tidak ada masalah. Kehangatan keluarga yang ia impikan selama ini sudah terwujud. Zila beruntung, berada di keluarga yang sangat menyayangi dirinya. Zila.. Sungguh bahagia! Ia sangat bahagia. Tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rasa sesak di dada, dan kejadian di masa lalu... Dia tidak akan pernah melupakannya.

Kalian pasti bahagia kan tanpa kehadiran Lala?

Bersambung

Maaf yaa kalau part nya sedikit. Ini part khusus keluarga Aryana

revisi, 03 Mei 2023

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang