Perasaan Zila tidak enak.
Gadis itu menggigit jari menunggu kedatangan Rafiq dan Jihan yang katanya ingin pulang dari luar kota hari ini. Zila cemas, takut terjadi apa-apa pada orang tuanya yang tengah di perjalanan saat hujan deras sekarang.
Zila juga cemas, saat ponsel Faqih tidak dapat dihubungi. Walau Faqih itu lelaki, tak bisa dipungkiri bahwa ia khawatir pada adik kecil nya yang belum pulang main padahal hujan badai tengah menyerang ibu kota.
Tapi kecemasan itu tak berlangsung lama saat melihat mobil berwarna hitam masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Zila menghela napas lega saat melihat Rafiq dan Jihan yang ternyata pulang bersama Faqih. Gadis itu juga melihat bahwa Faqih sedang dimarahi oleh Rafiq karena main ke rumah teman yang terlalu jauh.
Seharusnya Zila tenang karena mereka yang ditunggu-tunggu akhirnya pulang dengan selamat. Seharusnya Zila lega, tapi entah mengapa dadanya menjadi sesak seperti terhimpit sesuatu. Memukul pelan dadanya berharap rasa sesak itu hilang namun nihil. Rasa sesak ini terus menyeruak di dalam dadanya.
Rafiq dan Jihan mengecup pucuk kepala Zila dengan sayang dan langsung masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri. Sementara Faqih, remaja lelaki itu tampak basah kuyup karena ketahuan main hujan-hujanan di tengah jalan. Ia melengos melewati Zila, dan Zila memaklumi itu. Mungkin mood Faqih sedang tidak baik habis dimarahi oleh Rafiq.
Zila berjalan menuju ke arah dapur dan membantu Mbok Siti yang ingin membuatkan teh hangat untuk sekeluarga. Dengan senyuman tulus, Zila mengambil gula dan menuangkannya ke dalam cangkir teh.
"Dingin banget ya, Non? Udah mana hujan badai gitu. Mbok jadi ngeri pohon depan rumah tumbang," cap Mbok Siti memulai pembicaraan.
"Jangan sampe, Mbok. Omongan itu doa lho," ujar Zila mengingatkan.
Mbok Siti menyengir. "Iya, maaf Non."
Zila tersenyum, kemudian rasa sesak di dadanya membuat raut wajahnya berubah menjadi murung. "Mbok," panggil gadis itu.
Mbok Siti menoleh. "Iya, Non?"
"Dada Zila kenapa sesak, ya? Tapi sesaknya itu bukan kayak penyakit asma gitu, Mbok," curhat Zila tak tahan. Ia mengambil cangkir teh dan menyeruput teh hangat yang ia buat tadi.
"Kok bisa, Non? Non Zila gak ada penyakit apa-apa 'kan? Mau periksa ke rumah sakit, kah?" tanya Mbok Siti khawatir.
Zila menggeleng. "Nggak usah, Mbok. Kira-kira, Mbok tahu gak penyebabnya apa? Soalnya Zila juga pernah ngerasain ini kemarin-kemarin."
Zila memang irit bicara, tapi hanya kepada orang-orang yang tidak terlalu dekat. Sedangkan kalau dengan orang yang dekat, Zila tak mampu untuk menunjukkan sifat dinginnya. Kutub betina itu akan mencair saat bicara dengan keluarga atau orang-orang terdekat saja.
"Setahu Mbok sih, yang pertama itu, sakit asma."
Oke, Zila tidak mempunyai asma.
"Yang kedua, kegemukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAZIFA [ Completed ✅ ]
Fiksi RemajaNazila Maura Aryana, gadis yang memiliki kepribadian dingin, tak tersentuh, cuek dengan sekitar, namun tetap bersikap hangat pada keluarganya. Keluarga yang sebenarnya. "Gue cuma anak buangan yang pembawa sial," ucapnya seraya tersenyum getir. _____...