[35] Pesan Asing dan Kesadaran

1.6K 159 5
                                    

HALO AKU UP LAGII NIHHH, KANGEEN GAA??

HAHA, MAAF YAA DR KEMARIN AKU SIBUK SAMA CLASSMEETING JADI URUSAN WP GA KEPEGANG :(

OH YA, DI PART INI ADA KEJUTAN LHO!

SEBENERNYA AKU PNGEN DOUBLE UP HR INI, TAPII PART 1 LAGII BELUM SELESAI. Insyaa Allah besok yaa:))

bagi yang lupa alur, silakan baca ulang part sebelumnya yaa.

okeey, happy reading !!

"KOK LO GAK NGASIH TAU GUE, SIH?!"

Beberapa kali Rani mengusap-usap telinga nya yang berdengung akibat mendengar pekikan sahabat nya yang mungkin mengalahkan toa masjid. Gadis itu menghela napas pelan, ia menatap Zifa yang wajah nya tengah merah padam.

"Lo gak nanya, ngapain gue kasih tau."

Zifa mendengkus. "Tapi setidaknya lo cerita kalo lo itu pemilik SMA Pancasila, Ran."

Rani menggeleng. "Bukan, Fa. Pemilik asli nya itu bapake Galih. Jadi tuh, Papa nya Galih adalah kakak dari Ayah gue. Jadi gue sama Galih itu sepupu."

"Kok lo gak pernah cerita?" tanya Zifa.

Rani menggeram. "Kan gue bilang, lo gak pernah nanya. Gak penting juga ya, kan?"

Zifa menggaruk pipi nya pelan. "I-iya sih."

Rani menggelengkan kepalanya. Mata gadis itu menelusuri kamar Zifa yang ukurannya sangat luas. Tetapi deringan ponsel di kantong baju nya mengalihkan perhatiannya. Alisnya tertaut melihat nama yang terpampang di layar ponsel.

Melihat ekspresi Rani seperti itu membuat Zifa kepo siapa yang menelpon sahabat nya itu. Zifa mengerjap. "Bule siapa, Ran?"

Rani melipat bibirnya. "Galih." Mendengar nama itu disebut membuat bulu kuduk Zifa meremang. Dia belum bisa melupakan kejadian dimana Galih memeluknya erat sambil menggumamkan kata maaf berulang kali.

Gosh! Galih berhasil membuat hatinya terombang-ambing.

"Gue angkat dulu, bentar," kata Rani yang tidak dibalas oleh Zifa. Entah mengapa jantung nya berdenyut dengan sangat cepat.

"Halo, Gal?"

"Ran, lo dimana?"

"Gue di rumah Zifa. Kenapa?"

Hening. Disebrang sana tidak terdengar Galih lagi, membuat dahi Rani berkerut. "Gal?"

"Gue jemput lo sekarang."

Tut. Telepon dimatikan sepihak membuat Rani berdecak sebal.

"G-galih ngapain, Ran?" tanya Zifa sambil menggigit bibir bawahnya pelan.

Rani melirik Zifa sekilas. Ia menghela napas. "Katanya dia mau jemput gue disini."

Mata Zifa sontak membulat. Gerak-geriknya terlihat gelisah, yang berhasil membuat Rani mengernyit heran mengapa Zifa menjadi seperti cacing kepanasan.

Ohya, Zifa tidak cerita perihal Galih memeluknya di sekolah. Gadis itu hanya bercerita saat dia tak sengaja menabrak tubuh kekar Galih.

"Lo kenapa, anjir. Kayak tikus yang disiram air panas aja, sih." Rani menggelengkan kepala heran seraya memasukkan barang-barang nya ke dalam tas. Rani semakin heran saat Zifa mengetuk ponselnya ke dagu beberapa kali dengan dahi yang seperti habis meringis.

Sudah cukup! Sepertinya temannya ini sedang kesurupan Reog.

"Fa! Sadaaarr! YaAllah temen gue kenapa?" Rani mengguncang tubuh Zifa dan sesekali menampar pelan pipi tirus gadis itu.

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang