[15] Hari yang Buruk

2.5K 226 9
                                    

'Udah suka MTK?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Udah suka MTK?'

Zila masih menatap tak percaya. Dia tahu siapa yang mengirim ini, lantas alasannya apa?

Zila membalik kertasnya,

'Anggap aja sebagai ganti rugi'
from : E

Alis gadis itu berkerut, dua detik kemudian senyum kecil terbit di bibir nya. Ah, sepertinya dia tahu alasannya apa. Ternyata, cowok itu punya sifat tanggung jawab yang tinggi. Padahal, hanya sekadar cemilan makanan saja.

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Makasih," gumamnya pelan.

Dia mulai memakan satu persatu kue pukis nya. Syukurlah, ada yang mengirimkannya makanan. Zila sangat lapar saat ini, dia ingin memasak tapi tubuhnya masih lemas yang membuat ia harus menahan rasa laparnya.

Drrttt... Drrrtt...

Suara getaran ponsel mengalihkan perhatiannya. Lagi-lagi, alis Zila berkerut. Nomor tidak dikenal? Dia bukan tipe orang yang suka mengangkat nomor telepon tidak dikenal, takut penipuan katanya. Tapi, Rafiq menasihatinya agar ia tidak mengabaikan nomor tidak dikenal, karena takut ada suatu hal yang penting, namun Zila abaikan.

Zila menekan tombol hijau. "Halo?"

"Halo."

Elang.

Zila mengenal suaranya, dia heran mengapa guru privat nya menelponnya saat jam sekolah.

"Ya, Kak?"

Terdengar suara deheman dari seberang sana, "Udah di terima?"

Zila menaikkan satu alisnya, bibirnya berkedut geli mendengar nada ragu dari cowok itu. Gadis itu mengangguk. "Udah, Kak. Makasih."

"Iya."

Hening dua menit. Zila mengecek apa teleponnya masih tersambung atau tidak. Ah, ternyata masih tersambung. Lalu, mengapa Elang tidak mau mematikannya kalau hanya sekadar menanyakan kue pukisnya sudah diterima atau belum.

"Dapat nomor gue dari mana, Kak?" Akhirnya Zila membuka suara terlebih dulu. Dia juga merasa heran, Elang dapat dari mana nomor ponsel nya.

"Om Rafiq." Elang menjawab dengan cepat.

"Ooh." Zila hanya ber'oh' ria.

Terdengar suara bising dari sebrang sana.

"Gue matiin dulu. Pulang sekolah kita belajar Matematika lagi."

Zila ingin menolaknya tapi sambungan sudah terputus. Hari ini dia tidak enak badan, masa iya harus belajar matematika? Dia memijat pelipisnya pusing. Yang ada kepala nya tambah berputar-putar melihat segala rumus dan angka-angka yang beterbangan.

Dia memejamkan matanya. Sungguh, ia merasa sangat ngantuk setelah makan kue pukis yang lumayan banyak. Tubuhnya juga tidak kuat bila harus naik tangga ke kamarnya. Zila memutuskan untuk tidur di sofa saja.

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang