[56] Benar-Benar Pergi

2.9K 224 42
                                    

Marhaban ya Ramadhan, Mohon maaf lahir batin semuaa! 🙏🙏

Iya tau, telat wkwkwk maaf yaaa semuaaa, kerjaan tiap hari numpuk teruss 😢

Detik-detik mau tamat juga ide mumet bgtt :(

Dimaafin ga nih?

Yg lupa alur sok atuh, baca part sebelumnyaa.. Semoga kalian masih inget dan masih mau baca cerita aku :)

Happy Reading! 💗

Happy Reading! 💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Elang."

Elang memberikan senyum tipis kepada Zifa. Wajah gadis itu terlihat sangat pucat, tetapi bibirnya masih bisa melengkungkan senyuman. Rani, Ghina, Noval, Ichal, dan Galih juga ikut memperhatikan interaksi antara Elang dan Zifa. Terutama Galih, mata nya tak bisa lepas dari Zifa yang terus memberikan senyuman manis ke Elang. Hm, rasanya Galih ingin meleleh. Tapi dia ingat jika senyuman itu bukan untuk dirinya.

"Gimana keadaan lo?" Elang bertanya seraya duduk di tepi ranjang Zifa. Ia meletakkan nampan yang berisikan mangkuk bubur dan teh manis hangat diatas nakas samping ranjang.

"Nggak baik, Kak," jawabnya seraya menundukkan kepalanya sedih. Semua orang disana juga ikut prihatin dengan keadaan Zifa yang telah jatuh dari atas gedung. Gadis itu mengalami kelumpuhan dan ia juga sudah tahu itu.

Dirinya merasa malu karena mulai sekarang, jika ia akan melakukan pergerakan atau aktivitas harus membutuhkan pertolongan orang lain.

"Everything gonna be okay. Trust me," ujar Elang menenangkan.

Zifa mengangguk, air matanya mengalir hingga membasahi pipi. "Kak ... gimana keadaan Lala?"

Senyuman getir terbit di bibir Elang. "Belum ada kabar, siapa yang ingin donorin jantung untuk Lala."

"Mami sama Bang Rayn? Mereka kemana? Seharusnya mereka ada disini, nungguin aku sadar."

"Tante Sonia sama Bang Rayn lagi mati matian cari jantung di seluruh Rumah Sakit di Indo, Fa. Malahan, Bang Rayn juga udah pasang poster manual maupun digital untuk disebarkan di publik," sahut Galih.

Zifa cemberut. "Tapi seharusnya mereka juga ngertiin kondisi gue, dong."

"Fa..." tegur Galih memberikan tatapan peringatan. "Kembaran lo lagi di ambang hidup dan mati, dan sekarang lo masih mentingin diri lo sendiri? Please, jangan egois untuk kali ini aja."

Mata Zifa berkaca-kaca. "Iya, Gal. Maaf, seharusnya gue nggak egois. T-tapi, Gal, gue juga butuh Mami, Bang Rayn dan Papi ada di samping gue disaat gue lagi di fase terpuruk saat ini."

"Akan ada waktunya, Fa. Tolong paham, ya? Disini banyak yang peduli sama lo." Salah satunya gue. lanjutnya dalam hati.

"Lo mau makan?" tanya Elang mengalihkan pembicaraan.

LAZIFA [ Completed ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang