24. Perubahan Kilat

97 10 0
                                    

Happy reading...

°°°
"Perubahan itu ternyata bisa terjadi secara singkat"
°°°

Seperti biasa selain hari Sabtu dan Minggu Jinan akan pergi untuk bekerja yang tidak lain adalah menjadi seorang guru sementara sebagai kegiatan rutinnya yang sekarang hanya diketahui sang kakak yaitu Reihan. Pikirannya memang masih ngalor-ngidul tapi tetap saja kewajiban ya kewajiban, kalau tidak dijalankan ya berarti tidak bertanggung jawab namanya.

"Selamat siang pak," Ucap Jinan pada pak Danu.

"Owh...siang mba," Sapa kembali pak Danu.

Jinan celingak-celinguk kesana kemari seperti mencari sesuatu dibagasi mobil tempat biasa Areksa dan kawan-kawannya memarkir motor tapi dilihatnya tak ada satupun motor yang berbaris disana.

"Areksa tidak dirumah ya pak?" Tanya Jinan.

"Hm...iya mba, maaf ya. Sejak dari tadi pukul 2 mas Areksa belum kunjung pulang mba." Ucap pak Danu merasa bersalah.

Drrrt...

Terdengar suara deringan handphone dari balik tas ransel Jinan, lalu segera pemiliknya mengambil dan hendak mengangkatnya tapi sempat ragu dan berpikir berkali-kali diangkat atau tidak, sebab yang menelepon adalah nomor tak dikenal alias masih tanda tanya.

"Ngga diangkat mba, teleponnya?" Tanya pak Danu karena melihat Jinan nampak bingung.

"Nomor tak dikenal pak, jadi agak ragu kalau mau ngangkat," Jawab Jinan tersenyum sopan.

"Mungkin penting mba, lebih baik diangkat saja," Saran pak Danu.

Tekad Jinan akhirnya bulat untuk mengangkat teleponnya yang masih terus berdering dari tadi dan nampaknya itu memperlihatkan bahwa mungkin penting.

"Halo?" Ucap Jinan agak ragu.

"Halo! Lo pasti nyariin gue kan? Secara lo masih berstatus menjadi guru les privat gue."

Raut wajah Jinan mulai berubah ketika mendengar jawaban dari telepon itu yang sudah bisa ditebak dengan suara khas angkuhnya.

"Iya, kamu ada dimana?"

"Gue ada di rumahnya Razka, jadi Lo kesini aja karena gue bosen sama suasana rumah. Buat alamatnya ngga usah bingung gue bakal kirim lewat WhatsApp."

Tut... Tut...Tut...

Seketika bunyi itu terdengar, belum sempat Jinan mengucap apa-apa lagi tapi sudah diputuskan saja panggilannya.

"Oh ya pak, Areksa bilang saya disuruh ke rumah Razka dia bosan pak sama suasana rumah katanya." Kata Jinan setelah memasukkan handphone kedalam tas ranselnya.

"Eeemmm...kalau begitu saya antarkan saja mba,"

"Tidak usah pak saya tidak ingin merepotkan, lagi pula bapak juga punya tanggung jawab disini." Ucap Jinan sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan rumah kediaman pak Saka.

Cukup rumit dan membingungkan, sejujurnya Jinan cukup ragu untuk pergi ke rumah Razka tanpa arahan apa-apa. Baru beberapa bulan di Jakarta mana mungkin langsung hafal semua jalan apalagi ini beda daerah lagi. Salah satu jalannya adalah harus naik ojek agar tidak terlalu rumit, jika naik bus atau angkot mungkin bisa saja naik turun.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang