46. Takdir Maha Cinta

133 13 0
                                    

Assalamu'alaikum jangan lupa vote & komen!

***

"Nan, ikut yuk please," mohon Akbar dengan mata sedih yang dibuat-buat.

"Ngga!" tolak Jinan sebal.

"Jangan gitu dong, aku sepupu kamu lho,"

"Apa hubungannya Akbar, aku ngga pernah Mandang seseorang itu karena punya hubungan apa-apa sama aku, kalau aku bilang ngga mau ya jangan maksa lah, sekali-kali jadi orang mandiri dong! Ih sebel aku!" Jinan menghela nafas kasar.

Ditengah perdebatan dua orang itu terdengar suara bel yang menggema di rumah.

"Alan! Buka pintunya ya," suruh Jinan.

Alan menggelengkan kepalanya meledak menatap Jinan, "Alan ngga mau!"

"Alan! Lagian pintunya kan di depan kamu persis," Jinan memutar bola matanya jengah.

"Udah ... udah ... biar kak Reihan, kamu duduk aja, lagian Alan kan mau belajar Nan," ucap Reihan mencairkan suasana.

Jinan tersenyum lebar menatap kakaknya dan senyumnya langsung berubah menjadi datar seketika. Bagaimana tidak? Hari ini ia sudah disibukkan dengan mencari ide untuk menu baru di kopi shop kakaknya, tapi malah diganggu Akbar dan Alan. Susah payah sekali ia berpikir tentang menu tapi diganggu terus menerus oleh Akbar dan Alan yang tidak ada kerjaan.

"Akbar! Alan! Stop ganggu Jinan ya," kata Reihan berjalan menghampiri pintu depan rumahnya.

Ia sekarang Reihan kan sudah berumah tangga, Alhamdulillah sekarang ia sudah mempunyai rumah walaupun tidak besar tapi yang terpenting nyaman untuk keluarga kecilnya.

"Assalamu'alaikum," ucap seseorang dari balik pintu yang Reihan buka.

"Walaikumsalam," jawab Reihan tersenyum menatap orang tersebut, "Ayo masuk," lanjutnya mempersilahkan tamu itu untuk masuk.

"Alan! Sini coba sini itu guru baru kamu lho disambut," ucap Kisya istri Reihan alias kakak ipar Jinan.

"Ngga mau!" tolak Alan menghindar dari jangkauan uminya.

"Alan!" panggil Jinan mengejar Alan untuk menangkapnya.

Dan ... Hap! Alan tertangkap tepat dipelukan guru barunya.

"Assalamu'alaikum Alan, kenalin om Areksa," ucap Areksa membuat mata Jinan seketika membulat dan melihat ke arah sumber suara itu.

"Hah! Areksa!?" gumam Jinan tidak menyangka bisa bertemu dengan Areksa lagi.

"Om Areksa yang dicafe kemarin ya temennya kak Jinan, kalau gurunya dia aku mau umi soalnya dia baik banget ketimbang sama Tante Jinan yang galak wekkk ..." Alan menjulurkan lidahnya membuat Jinan greget dan kesal.

"Alan!" greget Jinan menatap tajam Alan.

Tak disadari Areksa yang melihat Jinan geram dan itu gemas membuat ia tersenyum tipis menatap Jinan diam-diam.

"Liat aja tante ngga masakin siomay lagi! Awas aja!" ancam Jinan melenggang pergi di tempat semulanya tadi terduduk.

"Tante jahat!" Alan cemberut bodo amat.

"Udah uda ... jangan beramtem Alan ayo belajar dulu sama om Areksa," ucap Reihan membuat keadaan menjadi lebih tenang.

Sekarang Areksa duduk berhadapan dengan Alan, mengajarinya penuh kesabaran dengan sisa kesabaran yang ia miliki, memang bisa dibilang mengajari Alan memang agak susah tapi ia akan mengajarinya sampai Alan bisa.

Di kesibukan yang ia jalani Areksa menyempatkan diri untuk melirik ke arah Jinan secara diam-diam, entah mengapa melihat Jinan bersama laki-laki lain membuat ia kesal. Padahal lama sekali ia tak bertemu Jinan, tapi perasaan peduli kepada Jinan masih menetap dihatinya dan tak pernah luput walaupun menjauh dari Jinan.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang