Ruangan bernuansa putih dan ranjang yang hanya bisa dimuat satu orang, bau obat-obatan yang sangat kas dengan ruangan ini ...yaitu sebuah rumah sakit.
Jinan berbaring disebuah ranjang, perlahan ia membuka matanya kepalanya terasa berat dan sedikit sakit, entah apalagi ini ...yang terjadi.
"Jinan, kamu udah bangun." kata Reihan menghampiri Jinan yang masih terbaring.
"Kak ...makasih udah nolongin Jinan."
Reihan meraih tangan Jinan menggenggamnya begitu kuat.
"Udah kewajiban, maafin kakak ya ...""Kak, Jinan inget sesuatu."
"Apa?"
"Kakak juga nolongin Jinan waktu kecil kan? Walaupun agak samar ingatannya dikepalaku aku yakin itu kak Reihan." Jinan mencoba menegakkan badannya untuk duduk.
Reihan membantu Jinan untuk duduk "Pelan-pelan, jadi kamu inget ya...bagus kalau kamu inget Jinan."
"Apa Jinan amnesia karena itu?"
"Iyah...sama kayak kejadian kamu dipukul hari ini, dan sama-sama kak Reihan telat nyelametin kamu."
"Udah, yang penting sekarang Jinan kan baik-baik aja." Jinan tersenyum sembari memegang kepalanya yang masih terasa berat.
"Jinan! Kepala kamu sakit lagi?"
"Jinan cuma keinget terus aja sama kejadian masa lalu."
"Kalau gitu kita pulang ya ... biar kamu bisa langsung istirahat." ucap Reihan yang langsung diiyakan Jinan.
Setelah menebus resep obatnya dan membayarnya Jinan dan Reihan segera menempuh perjalanan ke rumah dengan taksi.
"Taksi ..." panggil Reihan sambil melambaikan tangan.
"Loh ... kakak bukannya bawa motor?"
"Tadi kakak tinggal di dekat sekolah kamu, nanti kalau ngelewatin sekolah kamu sekalian kakak ambil."
"Ayok masuk." Reihan membuka pintu untuk Jinan dan Jinan segera masuk.
🍃🍃🍃
Akhirnya setelah menempuh beberapa waktu Jinan dan juga kakaknya sampai di rumah tanpa halangan apapun.
Reihan memegang tangan adiknya untuk menuntunnya sampai di dalam rumah, kondisi Jinan belum stabil untuk berjalan sendiri masih terlihat kehilangan keseimbangan jika berjalan sendiri.
"Pelan-pelan.""Assalamu'alaikum Umi."
"Walaikumsalam,"
Umi membuka pintu dengan wajah khawatir saat melihat sebuah plester menempel dikepala Jinan.
"Jinan, kamu kenapa sayang."
"Jinan ngga apa-apa Umi, Umi ngga usah khawatir."
"Semua gara-gara Reihan mi,"
"Kakak ngomong apa sih, Jinan udah ngambil resikonya kak." Jinan menatap Reihan begitu dalam.
"Ya udah ayo masuk, kamu pasti capek apalagi hari ini hari pertama kamu sekolah." ucap Umi merangkul Jinan dan membawanya masuk dan disusul pula oleh Reihan.
"Apa mungkin Jinan kembali ke profesinya lagi?" gumam Reihan sambil menutup pintu.
Semakin lama semakin jelas perkataan dari Areksa ditelinga Jinan, bahkan terngiang-ngiang dikepala Jinan, dan membuatnya semakin pusing apalagi ditambah kejadian siang ini pasti masalah ini juga akan terumumkan disekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Jinan ✓
Fiksi Remaja[Follow sebelum membaca] #3 in islami(8-8-2021) #1 in assalamualaikum(27-7-2022) #2 in cewek dingin(12-6-2024) Masalah kembali Jinan dapatkan di sekolah barunya, masa lalu terulang kembali. Keinginan Jinan untuk berhenti bersikap keras dan suka mara...