14. "Merindukanmu"

104 10 0
                                    

Happy reading....

Ting Tung...
Ting Tung...

Suara bel rumah berbunyi menggema di ruangan dimana sebuah keluarga kecil sedang makan tanpa ada suara karena menikmati makanan. Suara itu membuat keluarga itu berhenti dengan aktivitas makannya dan bertanya siapa yang datang di pagi hari?

"Siapa ya, pagi-pagi kayak gini udah dateng?" Tanya Jinan diantara bingung dan penasaran.

"Temen kamu mungkin Nan," Ucap Umi yang juga berhenti makan.

"Atau...hm... jangan-jangan kamu..." Reihan mulai jahil pada Jinan dan Jinan pun maksud dengan arah pembicaraan kakaknya itu, setiap hari ada saja ulah yang dibuat kakaknya sampai Jinan kadang memukulnya tapi tidak keras.

"Pacar aku?" Ucap Jinan sontak membuat Umi terkejut. "Jangan khawatir Jinan ngga punya pacar lagi pula pacaran juga dilarang dalam Islam," Umi yang mendengar perkataan dari Jinan menjadi lega ia kira putrinya benar-benar mempunyai pacar.

"Aku kan udah selesai jadi, biar aku yang buka." Reihan beranjak dari duduknya dan menghampiri pintu yang memang tidak terlalu jauh.

Mengapa mereka bingung dan penasaran. Karena jarang-jarang ada tamu sepagi ini bahkan tidak pernah, hanya mungkin terakhir kemarin mendapat tamu yaitu teman-teman Reihan. Dan untuk teman-teman Jinan pun belum pernah datang kerumah karena Jinan belum pernah menawari, jika ada waktu senggang mungkin Jinan akan memberi tawaran untuk main ke rumah.

Ceklek...

Reihan membuka pintu rumah dan didapatinya seorang kurir pengantar paket sedang menggunakan dan membawa benda yang tak asing lagi yaitu sebuah kotak paket lumayan besar. Disini Reihan cukup bingung, sejak kapan keluarganya memesan barang online, jika memerlukan pasti langsung membeli dari tokonya karena khawatir jika barang tidak sesuai dengan permintaan jadi tidak pernah memesan online. Atau jangan-jangan kurir ini nyasar ke rumah kerena salah alamat? Mungkin saja terjadi tapi bisa jadi juga Jinan yang memesannya.

"Apa betul ini adalah alamat rumah mbak Sandira Jinan Ada..." Reihan memotong pembicaraan kurir karena terlalu mengucapkan nama adiknya.

"Betul mas, ada apa ya?" Jawab Reihan dengan ramah.

"Ini mas paketnya, silahkan ditandatangani untuk tanda paket sudah diterima." Ucap kurir itu memberikan paket yang dibawanya kepada Reihan lalu baru setelahnya memberikan sebuah kertas dan pena.

Benar ternyata dugaan Reihan, Jinanlah yang memesan online. Kalau tahu jika Jinan yang memesannya pasti Reihan sudah menasihatinya panjang lebar, tapi ternyata adiknya ini diam-diam memesan paket. "Sudah berapa sekian kalinya Jinan memesan paket?" Tanya Reihan dalam hatinya.

"Kalau begitu permisi mas," Ucap kurir itu dengan sopan lantas ia pergi dan tidak lupa Reihan mengucapkan terimakasih pada kurir itu.

"Terimakasih."

Setelah mengamati beberapa kali kotak itu memang alamatnya benar dan tidak salah, nama pun lengkap tanpa ada kesalahan dalam penulisan "Sandira Jinan Adara" ya...itulah nama lengkap Jinan. Akhirnya Reihanpun masuk dan memberikan paket yang tengah dibawanya disebuah meja dimana kotak itu berhadapan persis dengan Jinan yang sudah selesai memakan roti sandwichnya.

Jinan yang mengetahui tingkah laku kakaknya ini mengernyitkan dahinya karena bingung. Apa maksudnya sebuah kotak besar diletakkan dihadapannya apa lagi baru saja ia selesai makan dan hendak meminum segelas susu putih yang tadinya diposisi kotak itu, tapi sudah dipindahkan oleh Reihan.

"Apa sih kak? Ini apa coba? Kenapa kakak kasih ke Jinan?!" Tanya Jinan sedikit kesal karena tidak jadi meminum segelas susu putih dihadapannya.

"Jangan berantem ngga baik." Ucap Umi yang sedang mengupas sebuah buah apel.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang