5. Teman Masa Kecil

134 16 0
                                    

Siang itu setelah ketegangan didapat oleh Jinan, Jinan pergi ke masjid sekolah untuk sholat meredakan emosi yang ada dipikirannya dan juga hati. Baru setelahnya Jinan pergi ke kantin untuk menyusul Ulfa yang ingin memperkenalkannya kepada seseorang yang ia bilang adalah teman baru, dalam perjalanan ke kantin Jinan tidak sengaja berpapasan dengan ARFARKA bahkan Jinan sempat ditatap tajam oleh Areksa, bodo amat! Jinan tidak peduli. Dan akhirnya setelah beberapa detik kemudian Jinan sampai di kantin dan ia fokus pada satu arah, arah dimana terdapat keramaian.

Byurrr...

Setiap orang menyiraminya dengan air dan memberikan kritikan dan juga kata-kata yang menusuk hati, tidak seharusnya mereka melakukan itu sebelum mengetahui faktanya, hanya satu ucapan saja yang entah itu benar atau tidak langsung mereka percaya tanpa tahu kebenaran dan faktanya sama sekali mungkin karena sudah dipengaruhi nafsu membuat mereka lupa diri.

"Zilva!" Teriak Jinan dari kejauhan ketika mengetahui jika Zilva yang berada dikerumunan itu.

Zilva sudah basah kuyup dan terlihat lemah tidak berdaya dengan air matanya yang terus turun tanpa ada suara dalam tangisannya tanpa berpikir Jinan sekuat tenaga berlari menuju tempat duduk Zilva.

Kantin sekolah seharusnya digunakan untuk memenuhi rasa lapar yang ada diperut sedangkan ini sebaliknya malah dibuat sebagai tempat pembulian.

"Cukup! Aku bilang cukup!" Teriak Jinan menatap seseorang yang baru saja menyirami Zilva dengan sebotol air dan menarik botol itu hingga membantingnya sangat jauh.

"Bubar! Bubar! Atau kalian minta untuk aku laporin sama guru BP? Atau aku lapor sama polisi sekalian?" Pernyataan Jinan sukses membuat mereka yang mengerumuni Zilva terdiam dari ocehan mereka yang tidak ada hentinya dan membuat mereka terlihat kesal dan memutuskan untuk pergi dari kantin.

"Itu Jinan deh kayaknya?" Ucap Ulfa menunjuk ke arah Jinan.

"Jinan yang mau kamu kenalin sama kita Fa?" Tanya Hana sambil menatap lurus ke arah Jinan.

"Ya udah kita samperin aja," Ajak Ella lalu melangkahkan kakinya untuk ke arah Jinan.

Kini keadaan kantin normal walau masih ada beberapa siswa-siswi disana yang sedang menikmati makan, jika dilihat mereka tidak terlalu peduli dengan keramaian yang terjadi di kantin. Jinan kembali fokus ke arah Zilva dan memeluknya erat tidak peduli dengan basahnya baju Zilva, karena saat ini Zilva membutuhkan kehangatan.

"Jinan... mereka ngga terima sama pernyataan aku." Kata Zilva dengan lirihnya.

"Aku ngerasa kayak ngga punya harapan hidup," Gumam Zilva masih bisa di dengar Jinan.

"Istighfar, jangan ngomong kayak gitu," Jinan melepaskan pelukannya dan menatap Zilva dengan penuh keyakinan.

"Jinan!" Panggil Ulfa dari arah lain.

"Ulfa?"

"Ini sebenarnya ada apa ya...kamu bisa jelaskan biar kita Jamblang." Hana membuka suara.

"Iya, kenapa dia basah kayak gitu?" Ella terfokus pada Zilva yang basah kuyup.

"Kalian duduk aja dulu," Kata Jinan.

"Maaf ya kita kayaknya datang di waktu yang ngga tepat?" Ulfa memberikan jaket yang ia bawa ditangannya dan menggantungnya di punggung badan Zilva.

"Makasih," Jawab Zilva lemah.

Jinan mulai bercerita setelah beberapa menit kemudian akhirnya selesai karena hanya sepatah kata dan juga penjelasannya yang tidak rumit mereka paham dan akhirnya dilanjutkan pula sesi saling kenal-mengenal dan sedikit candaan agar tidak dalam keadaan yang canggung.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang