4. Pesan Tak Dikenal

153 18 1
                                    

°°°
" Lawanlah ketakutan terbesarmu karena yang pantas kau takuti adalah Allah SWT."
°°°

"Pagi Jinan." Sapa Reihan menghampiri tempat duduk diruang makan.

"Pagi kak..." Jawab Jinan sambil mengoleskan selai di roti tawar.

"Umi mana?" Tanya Reihan meraih susu yang sudah disiapkan didepannya.

"Umi...hari ini katanya ke rumah temennya yang minta diajarin buat kue." Masih sibuk mengoleskan selai ke roti tawar.

"Oh...kamu tumben berangkatnya sepagi ini?"

"Jinan piket hari ini kak, jadi Jinan berangkatnya harus pagi kalau ngga Jinan bisa di omongin satu kelas, anak baru kelakuannya seenaknya."

"Oh...iya ya, kemarin kamu berantem, trus kamu belajar dari mana bisa mukul orang mahir banget?"

"Jinan...ikut ekskul karate waktu disekolah lama, emang kenapa kak?" Jinan menyodorkan sepotong roti berselai coklat kepada kakaknya.

"Karate! Jinan, kamu tahu penyebab kamu itu amnesia?"

"Gak tahu, ingetnya ya yang kemarin Jinan ceritain ke kakak."

"Kamu amnesia karena dipukul orang yang ngga terima kalau dia kalah dari kamu, dan kakak mohon berhenti ada acara berantem-berantem sama orang, karena kakak ngga mau hal yang kemarin terjadi lagi." Jinan hanya diam terpaku mendengar cerita kakaknya.

"Tapi Jinan udah terbiasa nolongin seseorang dengan kemampuan Jinan."

"Sekarang biar kakak yang ngelindungin kamu, jadi kamu berhenti karena kakak merasa tersakiti kalau kamu terluka Jinan."

"Kakak ngga usah khawatir, Allah akan selalu melindungi Jinan kalau Jinan berbuat baik."

"Iya...kakak tahu, kakak ngga mau kejadian itu terulang karena insiden itu."

"Kak... insiden itu kan udah lampau banget jadi...kakak ngga usah khawatir kalau ada yang buat Jinan amnesia lagi." Senyum mengembang dibibir Jinan untuk meyakinkan kakaknya.

"Ya...bukan gitu, kakak yakin orang yang mukul kamu itu dendam banget sama kamu, apalagi ketika kakak ngelihat dia dibentak sama orang tuanya karena kalah."

"Apa dendam akan selalu menyelimuti hati seseorang dengan waktu yang hampir sepuluh tahun ini?"

"Ya udah deh, boleh tapi jangan sampai kamu terluka parah ya...janji." Reihan mengarahkan jari kelingkingnya di depan Jinan dan Jinan meraihnya.

"Oh...ya kak aku masih penasaran sama orang yang tadi malam."

"Kenapa? Masih pengen tahu banyak?"

"Hm... udahlah kakak pasti mau jahilin Jinan lagi, udah ya kak Jinan berangkat aja, daripada nanti malah debat sama kakak ngga ada habis-habisnya." Jinan segera mengambil tasnya yang berada disebelahnya dan menggendongnya kebelakang.

"Eh...kakak anter."

"Ngga usah kak, Jinan mau belajar mandiri."

"Kamu hafal sama jalannya emang?"

"Insyaallah Jinan hafal kok, kalau begitu Jinan berangkat ya kak, Assalamua'laikum." Jinan menghampiri kakaknya dan mencium punggung tangannya.

"Walaikumsalam, tunggu...ini bekal kamu?"

"Oh iya, Jinan lupa." Jinan menepuk jidatnya dan segera mengambil wadah bekal yang dipegang oleh kakaknya dan sekali lagi ia mengucapkan salam sebelum pergi melangkahkan kaki dari rumah.

🍃🍃🍃

Sesampainya di depan sekolah Jinan segera berjalan ke arah kelasnya tanpa menghiraukan apapun disekitarnya, awalnya ia tidak peduli tapi lama-kelamaan, Jinan merasa jika seseorang mengikutinya dari belakang. Saat berbalik badan tidak ada seseorang yang bergerak-gerik mencurigakan menurutnya, mana mungkin ia mencurigai seseorang berjalan biasa di lingkungan sekolah, karena memang ada beberapa yang juga berjalan dibelakangnya tapi setelah ia menunggu untuk lewat tidak ada yang mencurigakan, mereka hanya lewat tanpa menghiraukan Jinan, jadi sudah jelas tidak mungkin orang itu mengikuti Jinan. Mungkin ini hanya pikiran ku saja...pikir Jinan dalam hati.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang