27. Rencana Indah

86 11 0
                                    

Happy Reading...

Hap! Areksa dengan cekatan menarik lengan Jinan yang ia kira akan terjun bebas dari gedung sekolah yang sangat tinggi ini, tapi ternyata tidak Jinan ternyata hanya ingin duduk ditepi gedung.

"Kamu ngapain Sa? Ngira aku mau bunuh diri ya?" Ucap Jinan mengarahkan kepalanya melihat kebelakang menatap Areksa yang masih menggenggam lengannya begitu kuat.

Areksa masih ternganga melihat Jinan yang sedang berbicara dengannya sampai-sampai ia tak menjawab pertanyaan dari Jinan.

"Bisa lepasin ngga?"

Akhirnya laki-laki yang sedang menggenggam lengannya ini sadar dan segera melepaskan genggamannya. Semua yang menyaksikan dari belakang masih diam ditempat mengamati begitu cermat walaupun dari kejauhan.

"Aku ngga mungkin sebodoh itu untuk melakukan bunuh diri. Bagaimana nanti pertanggungjawaban ku diakhirat kelak?"

Hening...

Areksa terdiam memikirkan sesuatu dan tenggelam dalam pikirannya, ia masih sama dalam posisi berdiri dibelakang Jinan. Pikirannya buyak seketika saat melihat Jinan yang kehilangan keseimbangan saat duduk, seperti akan jatuh tapi itu dalam penglihatan dari Areksa tak tahu dengan apa yang sedang teman-temannya yang masih terdiam dibelakang seperti orang tidak berguna. Bukannya maju malah diam tak jelas.

"Nan, Nan. Lo kenapa?" Areksa menarik lengan Jinan lagi.

Karena melihat Jinan yang hilang kendali dan takutnya hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi maka Areksa segera menarik Jinan untuk menjauh dari tepi gedung yang ia duduki.

Hap! Kali ini Areksa menangkap tubuh Jinan yang hampir menyentuh lantai di rooftop. Jinan pingsan tiba-tiba saja alhasil Areksa terkejut dan segera meneriaki teman-temannya yang masih diam ditempat tak berguna sama sekali, ibaratnya mungkin kalau lagi atau ada sebelumnya orang pingsan mereka yang menonton bukannya menolong.

"WOI! MALAH PADA DIEM BAE! KESINI WOI!" Teriak Areksa.

Mereka sadar langsung berlari ke arah Areksa yang menekuk salah satu kakinya kebawah menopang Jinan. Bodoh, kata yang tepat untuk mendeskripsikan ketiga temannya yang tak berguna dari Areksa.

"Dasar ngga peka Lo pada! Kalau misal ada orang kecelakaan apa kalian bengong nontonin aja?"

Gleg...

Razka menelan ludah mendengar pernyataan dari Areksa, Farhan malah cengar-cengir dan Kasya lola loading lama ketinggalan sama teman-temannya yang mikir ke arah lainnya membayangkan bahwa mereka seperti yang diucapkan Areksa.

Areksa yang melihat ekspresi masing-masing temannya hanya menggeleng-geleng dan terus mengucapkan kata sabar dibenaknya. Lalu ia beralih pada kondisi Jinan yang memejamkan mata, wajahnya pucat, Areksa ada keinginan untuk menyentuh kening Jinan tapi ragu. Karena melihat memori sebelumnya bahwa ia ditampar cuma karena megang tangannya, tapi tunggu-tunggu tadi kan juga genggam lengannya Jinan, Jinan kan tidak marah juga lagi pula situasinya juga mendesak. Jadi Areksa segera menyentuh kening Jinan dengan punggung tangannya.

"Modus Lo Sa! Mentang-mentang si Jinan pingsan Lo mau apain dia woi!" Goda Farhan sambil nyengir.

Sebuah tangan mendarat persis dijidat Farhan hingga membuatnya mengaduh beberapa kali.

"Buta Lo! Mata Lo tu dibuka lebar kek, ngga liat Areksa mau merika Jinan kenapa-kenapa atau ngga." Kesal Razka menatap tajam Farhan, pelaku yang memukul Farhan tadi adalah Razka.

"Gimana Sa?" Tanya Kasya penasaran.

"Wah...panas woi! Dia demam!" Respon Areksa membuat temannya juga ikut kaget. "Pantes aja mukanya pucat amat," Lanjut Areksa dengan wajah yang khawatir.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang