10. Mading Sekolah

105 10 0
                                    

Happy reading....

"Hm...kak Rei...Kakak ke mallnya sendiri ya... soalnya Jinan ada urusan." Ucap Jinan memberikan kantong plastik yang ia bawa kepada kakaknya yang berada disebelah.

Reihan hanya diam pasrah walaupun sedikit kesal.

"Dah...kak, Assalamua'laikum" Ucap Jinan yang sedang berlari mundur menghadap kakaknya dan melambaikan tangannya.

"Walaikumsalam. Hati-hati nanti jatoh..." Teriak Reihan disertai peringatan karena melihat adiknya yang berlari mundur.

Walau Reihan senang untuk menjahili adiknya tetap saja rasa khawatir akan meliputinya jika terjadi sesuatu yang buruk pada Jinan.

"Iya...!" Jawab Jinan dengan berteriak.

Sesuai dengan pandangan dan arahnya Jinan mendekati seseorang yang sangat tidak asing untuk tidak ia kenali. Yang membuat Jinan penasaran adalah dia sendirian, tidak biasanya dia suka menyendiri walaupun Jinan belum terlalu mengenalnya tetap saja firasatnya pasti terjadi sesuatu. Tak biasanya Ulfa sendirian, padahal jika disekolah ia selalu lekat dengan Hana dan Ella. Atau mungkin jika Ulfa diluar sekolah suka menyendiri? Maka dari itu Jinan mencoba mencari tahu.

"Assalamu'alaikum cantik!" Kata Jinan begitu keras hingga membuat Ulfa tersentak kaget.

Ulfa menghela nafas sambil mengelus-elus dadanya yang berdebar kencang karena kaget. "Walaikumsalam, Jinan! Aku keget tahu!?"

Jinan tersenyum karena merasa bersalah lalu duduk disebelah Ulfa. "Maaf,"

"Iya..." Jawab Ulfa tersenyum sedikit lalu mulai melamun kembali.

"Kamu kenapa?" Tanya Jinan, tapi Ulfa tidak menjawab.

Saat itu juga mulai berpikir sesuatu jika pasti Ulfa sedang tidak baik-baik saja.

"Fa...Ulfa...Ulfa!" Kata Jinan disertai teriakan diakhir.

Akhirnya Ulfa sadar dari lamunannya. "Eh...iya? Maaf aku ngga denger."

"Ngga denger atau emang lagi banyak pikiran?" Tanya Jinan to the point.

"Hah! Ngga kok! Kata siapa?" Kata Ulfa beralasan.

"Ketahuan deh bohongnya," Jinan tersenyum sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ulfa.

"Egh...si-siapa yang bohong?" Jawab Ulfa pura-pura tidak tahu.

"Orang kalau udah ketahuan bohong pasti akan mencoba menutupi-nutupinya. Aku pernah bohong dan aku pasti akan mengelak terus-menerus sampai tidak dibahas..."

Dari pernyataan Jinan sukses membuat Ulfa terdiam karena memang apa yang Jinan katakan adalah benar, dia berbohong.

"Ngga apa-apa kok, ngga perlu cerita aku ngga akan maksa. Kamu itu pandai untuk menyembunyikan kesedihan ya...Fa. Selalu terlihat ceria dihadapan semua orang padahal sedang dirundung oleh masalah?" Kata Jinan menghadap lurus kedepan.

Ulfa melirik. "Kamu kok, bisa tahu kalau aku..." Jinan memotong pembicaraan.

"Aku pernah berada di tempat yang sama seperti kamu. Pura-pura ceria dihadapan orang lain walaupun banyak masalah."

"Sebenarnya..." Ulfa menundukkan kepalanya.

"Aku...memang ada masalah... pengen banget cerita tapi...ngga mungkin aku akan cerita kamu... terlalu berat karena aku ngga mau membebani siapapun dalam masalah aku ini... apalagi kita baru kenal... terlalu dini jika kamu baru jadi sahabat ku tapi sudah aku bebani saja..."

Jinan menatap ke arah Ulfa. "Fa...aku tahu kita baru saja bersahabat, tapi... bagaimana pun juga persahabatan ini sudah begitu berarti untukku. Jangan...jangan sungkan untuk bercerita. Aku, akui bahwa aku bukanlah pemberi pendapat yang baik dalam suatu masalah tapi setidaknya aku bisa mendengar dengan baik." Kata Jinan menatap dalam Ulfa.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang