18. "Bantu aku"

93 10 0
                                    

Happy reading...

°°°
"Jika menghindari masalah itu adalah hal yang terbaik mungkin akan ku lakukan"
°°°
[Sandira Jinan Adara]

Kalau disuruh memilih pasti semua orang tidak ingin punya masalah, memang siapa yang ingin punya masalah dan mencari masalah. Bahkan kadang ingin saja menghindar, tapi itu bukanlah solusi yang baik. Seorang yang bertanggung jawab tidak mungkin lari dari masalah.

Bagaimanakah perasaanmu jika kamu dituduh si pencari masalah? Padahal justru sebaliknya seseorang yang menuduhmu itu adalah seorang pembuat masalah sebenarnya. Bukanlah hal yang mudah untuk melatih kesabaran apalagi terus saja dipancing emosi.

"Selama gue di sekolah ini, gue bakal bikin kehidupan Lo disekolah ini jadi ngga tenteram." Ucap Rio yang melintasi Jinan dan menyenggol bahunya dengan kasar.

Jinan membalikkan badannya emosinya saat ini sudah tidak terkontrol kan ia pun membuka suara dengan nada tinggi. "Salah aku itu apa sih! Aku apa pernah cari masalah sama kamu!? Bukannya kamu yang buat masalah hah!"

Mendengar perkataan dari Jinan, Rio membalikkan badannya menghadap Jinan yang tidak terlalu berjarak jauh. "Lo yang mulai, gue ngga terima!" Balas Rio lalu bergegas pergi.

Jinan menghela nafas yang tidak lega. "Huft...ya Allah. Aku harus bagaimana."

"Makannya jangan suka cari masalah." Kata Areksa yang tiba-tiba muncul disamping Jinan.

"Lagian siapa juga yang cari masalah? Kamu ngomong sama aku? Atau nyindir seseorang kah? Tapi kalau kamu nyindir aku, aku ngga ngerasa kalau ngelakuin hal yang kamu ucapin." Balas Jinan lalu pergi meninggalkan Areksa yang masih berdiri ditengah koridor sekolah.

"Ck...Dasar!" Kesal Areksa menghentakkan kakinya.

Areksa yang tidak mengenang jasa, sudah pernah ditolong Jinan bukannya mengubah sikapnya pada Jinan tapi sifatnya masih sama ketusnya dan angkuh, ditambah sombong pula.

Waktu menunjukkan pukul delapan dan Jinan baru masuk ke kelas diikuti oleh Areksa beberapa menit kemudian. Saat itu baru saja selesai ulangan, dan itu pertanda ia akan mengikuti ulangan susulan saat nanti istirahat.

"Jinan dan Areksa nanti ke ruangan bu Arini setelah jam ketiga selesai ya..." Ucap bu Arini pada Jinan dan Areksa yang sudah duduk di bangku mereka masing-masing.

"Baik bu," Jawab Jinan sedangkan Areksa hanya mengangguk.

Bel pergantian mapel berganti ke mapel berikutnya yaitu mapel Fisika, mapel yang sebagian murid menguasai dan sebagiannya tidak. Hari ini akan membahas sebuah soal, dan pak Irwan akan memilih satu murid untuk mengerjakannya setelah menjelaskan caranya.

"Silahkan siapa yang akan mengerjakan soal yang saya tulis atau saya akan menunjuk?" Ucap pak Irwan.

Seketika semua murid panik karena soalnya benar-benar berbeda dengan contoh soal yang pak Irwan jelaskan, ada yang menyuruh-nyuruh untuk maju kedepan ada pula disana yang cuek, kalau ditunjuk ya pasrah sajalah.

Areksa dan teman-temannya mempunyai rencana agar mereka tidak terpanggil oleh pak Irwan, karena memang pak Irwan sering menunjuk mereka berempat tapi kali ini Kasya masa bodo mau ditunjuk ya dikerjakan sebisa mungkin. Sepertinya dia benar-benar tobat untuk tidak membuat masalah, terserah untuk anggota ARFARKA yang lain.

"Eh, Sa. Noh Jinan kerjain aja, biar dia yang maju kedepan." Usul Farhan pada Razka yang duduk disebelahnya.

"Hm...boleh juga sih. Bentar biar gue ngomong sama Areksa diem-diem." Jawab Razka yang langsung melakukan sesuai dengan pemikirannya yaitu bicara pada Areksa diam-diam tanpa sepengetahuan pak Irwan karena memang kebetulan tempat duduk Razka bersebrangan persis dengan Areksa.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang