20. Dia Kembali

93 12 0
                                    

Happy reading...

°°°
"Cobaan pasti akan selalu mengikuti tapi ingat, jangan pernah mengeluh"
°°°


Tidak pernah terbayangkan jika Areksa mempunyai hubungan dengan kepala sekolah yaitu sebagai anaknya. Pak Saka sangat tegas sedang Areksa terkenal nakal disekolah, apakah mungkin Areksa benar-benar putra dari pak Saka. Pikiran Jinan berkutik pada itu saja saat ini.

"Woy!!! Denger ngga sih lo!?" Teriak Areksa.

Jinan yang sedang tenggelam dalam lamunannya tersentak kaget mendengar teriakkan Areksa.

"Iy-ya, iya. Aku mau ketemu sama pak Saka." Ucap Jinan dan raut wajah Areksa langsung berubah.

Brak...

Areksa menutup pintu begitu kuat dan keras, sehingga Jinan kembali tersentak kaget, jantungnya semakin berdegup kencang tak karuan.

"Huh...ya Allah bisa jantungan aku." Jinan mengelus-elus dadanya.

Areksa sulit untuk ditebak, mudah emosian lagi.

"Bi, ada tamu papa tolong urusin sana," Ucap Areksa dengan ekspresi kesal.

"Baik, mas." Jawab bi Wati.

Jinan sudah menunggu dan berdiri di depan pintu beberapa menit lamanya, tetapi Areksa tak kunjung datang-datang, apa dia kesal?

Jegrek...

Akhirnya pintu terbuka dan Jinan tidak panik lagi.

"Silahkan masuk mbak," Ucap bi Wati mempersilahkan untuk masuk dengan ramah.

Jinan hanya mengangguk dan masuk ke dalam mengikuti bi Wati.

Selayaknya orang kaya yang mempunyai segalanya, itu adalah gambaran Jinan untuk Areksa. Tapi mengapa seakan-akan Areksa malah sebaliknya disekolah.

Dugaan Jinan benar bahwa Areksa adalah putra dari pak Saka, bisa dibuktikan dengan foto yang terpampang di tembok dekat Jinan. Pikirannya mulai beradu dan bertanya-tanya siapakah sebenarnya orang yang akan ia ajar sebagai guru les, apa mungkin Areksa. Tidak-tidak tidak mungkin jangan sampai itu terjadi, Areksa saja jarang mengikuti pelajaran apalagi disuruh menjadi guru privatnya. Tapi itu tidak mungkin, pak Saka pasti berpikir secara matang sebelum mencarikan guru les untuk Areksa yang malas sekali untuk belajar.

"Kamu Jinan, benar kamu siswa yang pintar itu kata bu Arini? Iya?" Tanya pak Saka.

Jinan mengangguk. "I-iya pak."

"Tidak usah takut, bapak hanya tegas di kawasan sekolah untuk diluar sekolah bersikaplah seperti biasa."

"Iya pak,"

"Kamu bisa mengajar anak saya mulai sekarang atau besok. Itu terserah kamu. Terkecuali hari Minggu saya memberikan kamu libur untuk pukul berapa kamu kesini pukul 3 jika kelebihan atau kurang boleh saja tapi harus ada alasannya."

"Baik pak, kalau begitu saya akan memulai dari sekarang saja."

"Oh ya, kamu tinggal lurus belok kiri ke arah sana dekat guci warna biru tua itu. Disana tempat anak saya belajar. Sekarang dia sedang bermain jadi kamu duluan kesana biar bapak yang akan memanggilnya. Oh ya kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa panggil pak Danu yang berada di ruangan transparan tadi dan bi Wati jika kamu butuh minuman kamu bisa memanggilnya di dapur. Maaf sekali, bapak ada keperluan mendadak jadi harus pergi maaf kalau bapak kesannya nyuruh-nyuruh kamu." Pak Saka menunjuk ke arah sebuah ruangan bernuansa abu-abu.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang