13. "Kagum"

106 8 0
                                    

Happy reading....

°°°
"Semua manusia pasti punya kekurangan dan juga kelebihan"
°°°

"Jin tolongin gue!" Teriak Areksa dengan ketakutan.

Jinan mencoba mencari cara untuk mengalihkan perhatian ular itu.

"Jangan panik! Jangan buat ular itu merasa terancam! Istighfar Sa!" Ucap Jinan sambil mencari kayu panjang yang berada di sekitar pepohonan.

Perkataan Jinan langsung dituruti oleh Areksa tanpa berpikir lama-lama ia beristighfar berkali-kali sambil memejamkan mata berharap ularnya segera pergi. "Istighfar, istighfar Areksa!"

"Bukan gitu Sa! Astaghfirullah hal adzim! Gitu!" Kata Jinan membenarkan Areksa.

"Astaghfirullah, Astaghfirullah hal adzim. Ya Allah Areksa belum mau mati! Areksa ingin bertobat dulu, ya Allah."

"Udah pergi ularnya," Jinan melempar kayu yang ia bawa.

Areksa mengelus dada tenang. "Huft... Alhamdulillah."

"Baru denger kalau kamu bisa bersyukur sama istighfar." Jinan tersenyum tipis.

"Ye...emang gue manusia apaan! Jin!"

"Dibilangin ngga usah manggil nama Jin, masih aja panggil Jin." Kata Jinan menghela nafas.

"Bukannya nama dari orang tua, jadi harus bersyukur sama ngehargain."

"Iya...kamu bener. Mending sekarang istirahat dulu."

"Ngga! Kalau ularnya datang lagi gimana?" Areksa melihat kedepan, kebelakang, kesamping untuk memastikan tidak ada apa-apa.

"Ngga usah terlalu takut! Tentang Hidup dan mati udah diatur sama Allah." Jinan mulai berjalan lagi.

Bukannya semakin bagus, tetapi jalannya semakin terlihat curam dan cukup terjal pula. Ini benar-benar aneh, cukup bingung untuk memastikan bahwa apakah jalan yang ditempuh benar atau tidak, karena petunjuk arah dalam pertigaan jalan juga mengarah ketempat tersebut jadi tidak ada alasan jika jalan salah.

"Hati-hati!" Kata Areksa yang melihat Jinan hampir terpeleset.

"Menurut aku, jalan ini bukan jalan yang bener. Jalannya tidak memungkinkan sekali untuk dilewati." Ucap Jinan mulai ragu.

"Lo itu jangan sok tahu Jin, disini itu kita ngga tahu apa-apa selain petunjuk arah tadi." Balas Areksa penuh percaya diri.

"Iya, tapi kamu ngga ngeliat jalannya kayak gini?" Jinan menunjuk ke arah jalan bebatuan yang ada di depannya.

"Gue liat, gue ngga buta Jin!"

"Terserah deh, kalau kamu mau berlanjut silahkan. Tapi, aku mau kembali ke jalan pertigaan tadi." Jinan memutar arah kebelakangnya dan mulai berjalan lagi.

Karena ragu dengan pemikirannya, Areksa akhirnya lebih memilih untuk ikut Jinan, karena rasa takutnya terhadap ular seperti pobia. Ia benar-benar tidak suka jika berhubungan dengan hewan-hewan.

Sudah hampir setengah jam Areksa dan Jinan berjalan untuk kembali ke pertigaan sebelumnya, tetapi tak kunjung juga sampai dan sepertinya jalan yang sebelumnya mereka lewati tidak sama, dan itu menandakan bahwa mereka tersesat.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang