22. Lembaran Lama Terbuka Kembali

92 10 0
                                    

Happy Reading...

Keadaan sangat ramai tak karuan ditambah lagi mulai dorong-dorongan kesana-kemari hanya untuk melihat sosok siswa baru yang mendapat ramai pujian.

Gantengnya...

Mau jadi pacarnya dong...

Aaa...

Teriakan menggema di setiap koridor kelas yang ia lewati sampai akhirnya sorakan bertambah ramai karena kekecewaan bahwa laki-laki itu berhenti disalah satu kelas yang bukan sesuai dengan ekspektasi para sorakan.

"La, dia ganteng kan?" Tanya Zilva yang sedang menyaksikan.

"Iya, sayangnya gue..." Ucap Ella sambil melamun.

"Gue...bakal dinikahin maksudnya?" Tanya Ulfa yang baru saja muncul.

Setelah kedatangan Ulfa disusul pula kedatangan Jinan yang kebetulan jalur kelasnya sama dengan tempat yang sedang dibuat tempat pemberhentian oleh teman-temannya. Jinan tampak repot membawa setumpuk buku yang menutupi wajahnya sampai-sampai ia tak menyadari senang melewati teman akrabnya.

"Nan, sibuk amat kayaknya," Kata Ella.

"Iya nih," Tambah Ulfa.

"Biar aku bantu aja Nan," Ucap Zilva menawarkan bantuan.

Zilva langsung mengambil buku yang berada diurutan atasnya kira-kira ia mengambil setengah dari yang Jinan bawa, padahal belum sempat Jinan membalas kata iya...tapi sudah direbut saja.

"Kalian lagi pada ngapain sih?" Tanya Jinan.

"Kita itu lagi ngeliatin anak baru, yang keren dan gantengnya Masya Allah..." Jawab Zilva sambil membayangkan. "Tapi sayangnya, dia ngga satu kelas sama kita." Sambung Zilva dengan raut wajah kecewa.

"Udah udah jangan bayangin yang engga-engga Zil, ayok ke kelas." Ajak Jinan.

"Iya iya Nan, kalian juga sana balik ke kelas," Perintah Zilva seperti mengusir.

"Yee...kita mah gampang, kelas kita aja udah di depan mata. Noh...ini nih kelas kita. Tinggal masuk udah selesai kan?" Balas Ella yang membuat Zilva tak bisa berkata-kata apalagi.

"Nan, Hana...dia berubah banget sikapnya sama kita..." Kata Ulfa sebelum Jinan pergi.

"Kayaknya aku perlu bicara sama dia Fa...jadi kalian ngga usah khawatir oke..." Balas Jinan kemudian pergi ke arah kelas bersama dengan Zilva yang berada disebelahnya.

Pikiran Jinan terfokus pada satu titik dimana ia pernah mengalami kehilangan satu persatu teman yang dekat dengannya di masa lalu. Cukup masa lalu saja ia kehilangan teman-temannya, ia tak ingin untuk kedua kalinya teman-temannya akan menjauh tanpa sebab yang ia ketahui.

Jinan berdoa dalam hati agar semua ini bukanlah tanda bahwa satu persatu teman akan hilang. Kehilangan satu teman tidak bisa ia remehkan, karena satu teman pun berharga untuknya. Teman baginya saat dulu adalah kebahagiaan satu-satunya yang ia miliki, Jinan tak bisa mengandalkan kebahagiaan dari keluarga yang selalu membuatnya tertekan. Berbeda dengan sekarang, ia memiliki kebahagiaan sesungguhnya yaitu bahagia dengan keluarga yang selalu ia impi-impikan.

"Nan...dia lewat tahu...dia ngelewatin kita. Dan kayaknya ngeliatin kita juga." Ucap Zilva histeris.

Jinan yang sedang melamun menjawab bingung. "Hm...apa?"

"Ih...Jinan nyebelin deh. Anak baru itu lewat dan ngeliatin kita."

Karena penasaran Jinan melihat kebelakang, yang ia lihat hanya sebuah punggung yang menjauh.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang