25. Rahasia dan Rahasia

91 9 0
                                    

Happy Reading...

°°°
"Aku hanya ingin kebahagiaan"
°°°
~Hana~

Hidup bergantung pada orang lain bukanlah keinginannya, ingin sekali Hana berlari dari kenyataan b kokahwa kedua orang tuanya selalu menekannya agar tidak melawan dan melakukan setiap perintah apapun walaupun mau atau tidak mau. Sangat dibawah tekanan tapi mengapa harus terus-menerus merepotkan orang lain yang tak lain adalah majikannya yaitu orang tua dari Razka. Orang tuanya tak pernah berpikir sekali-kali untuk lebih maju atau mencari pekerjaan lainnya, setiap kali Hana mengingatkan pasti akan dimarahi bahkan terkena tamparan sampai berbekas di pipinya. Terkadang membuatnya berpikir bahwa sebenarnya siapa dirinya ini seakan ia diperlakukan seperti bukan anak kandung.

"Hannn..." Panggil Jinan menghampiri Hana lalu duduk disebelahnya.

Hana tertunduk penuh dengan tekanan.

"Lo mau ngapain sih?" Balas Hana menahan air matanya yang akan jatuh tapi sepertinya ia tahan karena kedatangan Jinan.

Jinan menatap sendu Hana. Jinan seperti melihat dirinya sekarang. yang dulu tak pernah mendapat kebahagiaan kecuali saat disekolah.

"Kamu kenapa Han?" Tanya Jinan.

Air mata Hana sudah tak tertahan lagi, tak pernah sekalipun ada yang bertanya keadaannya.

"Berhenti buat peduli sama gue. Gue ngga butuh belas kasihan dari lo." Jawab Hana.

"Han...salah aku apa sih?"

"Lo tanya sama gue! Apa kesalahan Lo? Lo masih tanya hah!?" Bentak Hana dengan senyum getir, lalu ia melanjutkan kembali ucapannya. "Salah lo itu lo udah ngeribut semua hal yang gue punya! Ngerti Lo!" Setelah kalimat yang begitu terdengar penuh amarah, Hana pergi. Pergi menyisakan Jinan yang terus termenung dengan kejadian yang ia timpa hari ini.

Sebelumnya mendapatkan hal yang tidak pernah ia duga. Berkomunikasi begitu baik dengan ARFARKA, dan sekarang ternyata sudah terbongkar semua hal yang selama ini Hana tutupi. Ingin sekali keadaan semula kembali. Tapi, mungkin tak akan sama lagi jika diperbaiki.

Belum lagi hal yang diucapkan oleh Difka setiap kali dan setiap saat selalu terlintas dipikiran. Tentang sebenarnya apa yang akan ia lakukan dan tentang apa sebenarnya yang akan terjadi keesokan harinya, apakah Jinan akan masih berteman dengan sahabat-sahabatnya? Itulah hal yang berikutnya yang muncul di benak Jinan.

"Hei...woi lo ngapain?" Tanya Areksa.

Tiba-tiba Areksa muncul tepat di depan mukanya, siapa memang yang tidak kaget terlebih lagi cukup dekat.

"Astaghfirullah hal adzim!" Ucap Jinan istighfar lalu menjauh dari hadapan Areksa.

"Woi...dipanggil malah kabur Lo! JINAN!" Teriak Areksa kecewa karena sekarang ditinggal sendirian.

Jinan sempat berbalik karena baru pertama kali Areksa memangil namanya sesuai dengan keinginannya.

Sekarang kembali lagi ke sesi belajar...belajar...dan belajar. Mengantuk, bosan, dan malas harus diberantas pada sesi ini, virus ini akan membahayakan jika tidak segera diberantas. Lantas Jinan segera mengingatkan mereka agar tidak bermalas-malasan.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang