8. Hukuman(2)

123 11 0
                                    

Happy reading...

°°°
" 'Sahabat' hanya satu kata tapi beribu makna"
°°°

"Yusuf?!"

"Iya...?"

"Kamu yang bayarin tadi ya?"

Jawaban masih sama. "Iya..."

"Seharusnya ngga usah, aku kan jadi ngga enak." Ucap Jinan sambil menatap Yusuf samar-samar.

"Udah terlanjur, ngga apa-apa kok anggap aja ini, aku traktir kamu untuk pertama kalinya. Jadi ngga perlu dikembalikan."

"Tapi... tetep aja aku ngga enak, ini itu bukan traktir namanya bayarnya aja banyak lho..."

"Ngga apa-apa, dulu aja kamu sering aku traktir malah." Ucap Yusuf dengan tersenyum melihat ke arah Jinan yang kebingungan.

"Masak sih...?"

"Ya udah ya...aku ada urusan lain nih... duluan ya. Oh...ya ada yang aku mau sampaikan satu lagi, aku ngga bisa kalau ke rumah pohonnya hari besok ataupun besoknya lagi soalnya aku harus ngerjain tugas kelompok sama teman-teman aku. Jadi kalau lain kali gimana?" Tanya Yusuf serius menunggu jawaban Jinan.

"Hm... ngga apa-apa kok, lain kali aja kalau emang ngga bisa. Ngga harus secepatnya kok."

Sedikit kecewa dihati Jinan dengan pernyataan dari Yusuf, padahal ia sudah sangat bersemangat dan berantusias untuk pergi ke rumah pohon yang memiliki kenangan yang banyak dan yang mungkin mudah untuk diingatnya. Tapi apa boleh buat Yusuf tidak bisa membawanya ke sana karena ada kepentingan tersendiri. Mungkin Allah berkehendak jika Jinan harus sabar untuk mendapatkan ingatannya kembali, tidak langsung akan ingat begitu saja, pikir Jinan.

"Kalau gitu aku duluan ya, Assalamua'laikum Jinan." Ucap Yusuf pergi dari hadapan Jinan.

"Walaikumsalam, makasih ya," Jawab Jinan melihat kepergian Yusuf sebelum kembali ke tempat awalnya.

"Ya udahlah mungkin lain waktu aku akan dapat mengingatnya tanpa harus ke rumah pohon yang dimaksud Yusuf. Pasti perlahan juga akan teringat." Batin Jinan dalam hati dengan optimis.

Dari arah lain terlihat tiga orang sedang menyaksikan Jinan yang berbicara dengan orang lain yang begitu penasaran dan siapa mereka siapa lagi kalau bukan teman-teman Jinan.

Apalagi saat Jinan kembali ke tempat duduknya pertanyaan mulai bertumpuk, mereka semua bertanya pada Jinan sampai Jinan bingung untuk menjawabnya yang mana.

"Jinan, dia siapa?" Tanya Zilva.

"Trus ada urusan apa kamu sama dia?" Tambah Ulfa.

Ella menatap Jinan aneh. "Kamu masa punya pacar? Kan ngga lucu."

"Kamu kan ngomong ngga suka Deket sama cowok? Tambah lagi Ella.

"Iya...kamu kan ngga suka Jinan." Ucap Ulfa bingung.

"Atau jangan-jangan kamu..." Kata Zilva sambil menunjuk-nunjuk ke arah Jinan.

Jinan menghela nafas pelan sebelum bicara. "Udah...dong kalau kalian
ngomong terus kapan aku jawabnya? Ha...?"

"Hehehe iya, maaf deh kita terlalu kepo..." Jawab Zilva diiringi tawa kecil.

"Dia tadi nolongin aku, dia temen masa kecil aku, dan ada sedikit kendala sih tadi...trus kata siapa aku ngga suka deket cowok?" Ucap Jinan seketika membuat teman-temannya yang fokus melihatnya kaget dengan pernyataan terakhir.

Ella yang penasaran pun jadi merasa heran dan bingung pada Jinan. "Gimana sih kita ngga ngeh deh...?"

"Iya deh, ngga ngerti Jinan!" Sambung Ulfa tak kalah penasaran.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang