45. Come back

43 9 0
                                    

Assalamu'alaikum

Happy Reading jangan lupa vote dan komen oke!

***

Flashback on ...

Plak!

"Dasar anak ngga tahu diri dan ngga tahu diuntung!" bentak seorang lelaki paruh baya dengan nafas yang memburu menatap tajam sosok putranya yang terdiam menunduk. "Diberi enak minta sengsara kamu ya!?"

"Udah om, udah tolong jangan salahin Difka terus menerus. Karena semua ini ngga bakal terjadi kalau om tidak memberikan penekanan pada Difka," jelas Areksa tanpa ragu.

"Ck! Kamu anak kecil tahu apa! Ini urusan keluarga saya jadi ngga usah ikut campur!" balasnya semakin emosi.

"Saya itu kakak Difka! Saya berhak untuk ikut campur!" tegas Areksa berani menatap ayah Difka yang sedang naik pitam itu.

"Hegh itu hanya mimpi, lagi pula kamu cuma dianggap kakak sama Difkan kan?! PERGI KAMU! JANGAN IKUT CAMPUR!" tangannya melayang hampir menyentuh pipi Areksa, untungnya seseorang segera menangkis tangan itu.

"Kevin! Sudahlah Vin, jangan salahkan anakmu terus!" timpal pak Saka yang tiba-tiba muncul.

"Jangan terus-menerus meuntut putramu untuk melakukan ini itu, karena itu hanya akan menjadi penyesalan seperti aku dan putraku," saran pak Saka menepuk bahu Kevin ayah dari Difka.

"Hah! Terserah aku sudah lelah!" Jawabnya lalu pergi tanpa berkata-kata apa-apa lagi.

"Udah Dif, jangan dipikirin," ujar Areksa tersenyum melihat Difka yang menitihkan air mata.

"Gue nyesel Sa, gimana cara gue buat tanggung jawab," Difka mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Yang terpenting minta maaf sama Jinan dulu," kata Areksa membuat Difka terdiam melamun.

"Urusan papa kamu biar om urus," ucap pak Saka menepuk bahu Difka sekali lalu berlalu pergi.

"Maafin gue Sa," ucap Difka meraih badan Areksa untuk ia peluk, lama sekali mereka tak sedekat itu apalagi dengan sifat Difka yang dulunya benci terhadap Areksa.

"Iya," jawab Areksa, "Dif gue mau kuliah ke Mesir jaga diri lo baik-baik dan inget pesen gue oke,"

Flashback off ...

Langkah kaki terasa begitu berat saat dilangkahkan, rasa ragu, kecewa, sedih semua bercampur menjadi satu di dalam suasana hati seorang Jinan. Pelaku tabrak lari memang sudah ditemukan tapi semua memang tak pernah sesuai dengan ekspektasi sebab pelaku yang Jinan lihat kali ini tepat di depan matanya adalah sosok pemberi harapan Jinan untuk bahagia waktu semasa sekolah SMA dulu. Sesak dadanya tapi bukan sesak yang hebat, sesak di dadanya merupakan kekecewaan terhadap Difka yang sekarang malah berubah menjadi Antagonis yang berambisi membunuhnya.

"Maafin aku Nan," Difka sedari tadi terus menerus menatap Jinan dengan ekspresi yang membuat Jinan iba.

"Gue ngga tahu bisa maafin lo atau ngga karena hati gue cukup terluka sebab gue kehilangan sahabat kecil gue, coba bayangin lo jadi gue. Apa lo bakal langsung maafin gue kalau hal ini terjadi sama lo?" Tanya Jinan membuat Difka menunduk dengan rasa bersalah yang teramat.

Difka tersenyum menatap Jinan, senyuman itu bercampur kesedihan yang membuat Jinan merasakan hal yang aneh. Jinan seperti melihat mata Difka yang dahulu selalu menghiburnya disaat sedih, ketulusan sangat terlihat dimata Difka.

"Seandainya semua keinginan lo terkabul dan gue mati apa lo seneng?" tanya Jinan membuat Difka tertegun.

"Mungkin akan menyesal, maafin aku saat itu aku hilang arah dan tak tahu jalan," Difka menjeda ucapannya, "Aku ngga bakal maksa kamu kok," lanjutnya, tatapan mata tulusnya terlihat membuat pikiran Jinan kembali mengenang masa itu.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang