Happy reading...
°°°
"Gengsi itu mengalahkan segalanya"
°°°Jinan melangkahkan kakinya perlahan saat memasuki rumah, memang sengaja ia lakukan agar tidak diketahui oleh Umi dan kakaknya. Bahkan ia berharap semoga mereka tidak ada dirumah agar supaya urusannya tidak akan menjadi rumit. Jinan masuk ke rumah dengan salam tapi pelan sangat pelan.
"Darimana?" Tanya Reihan yang tiba-tiba muncul di tengah Jinan hendak menaiki tangga.
"Em...dari itu itu loh...dari temenku, iya dari temenku." Jawab Jinan mencoba tidak terlihat gugup.
"Kamu ngga bohong kan?" Tanya Reihan seakan-akan ia mengetahui kebenaran bahwa Jinan berbohong.
"Memang kakak tahu tentang apa kalau aku bohong." Ucap Jinan.
"Ini...ini siapa?" Tanya Reihan menunjukkan sebuah foto.
"Aku kan belajar kelompok," Ucap Jinan dan kini wajahnya memucat.
"Sama cowok?" Tanya Reihan.
"Ada cewek, pasti itu waktu dia ke kamar mandi." Jawab Jinan mencoba mengelak.
"Orang yang foto ini ngasih keterangan bahwa kamu jadi guru les privat."
Hati Jinan terketuk. Deg. Bagaimana kakaknya bisa tahu? Dan siapa sebenarnya orang yang sudah melaporkan Jinan? Apakah ARFARKA? Mungkin iya, karena hanya ada empat orang di ruangan itu, tapi apa coba tujuannya melaporkan Jinan pada kakaknya.
"Jinan ngga mau ngerepotin kakak sama umi terus, makannya sekarang Jinan cari kerja, Jinan tahu kalau coffe shop kakak sedang ngga baik-baik aja." Ucap Jinan, raut mukanya terlukis begitu sedih.
"Yang bertugas buat cari uang di keluarga ini siapa?!" Reihan berkata begitu keras dan membuat Jinan sedikit ketakutan.
"Iya kak aku tahu ini seharusnya tidak aku lakukan. Tapi, aku ngga mau menyusahkan." Ucap Jinan.
"Ingat Nan, kamu itu adik kakak dan anaknya umi. Putri dikeluarga ini dan kamu ngga mungkin nyusahin!" Ucap Reihan dengan tegas, matanya merah berlinang air yang menggenang.
"Tapi, semua kekacauan di coffe shop kakak itu karena aku! Aku penyebabnya kak, aku! Dan aku!" Jinan memukul-mukul dadanya beberapa kali, menyalahkan dirinya adalah bencana dikeluarganya. Matanya memerah berlinang air mata.
"Nan, Jinan! Lihat mata kakak!" Ucap Reihan memegang kedua bahu adiknya.
"Semua yang terjadi ini, karena memang cobaan dari Allah, kamu ngga boleh kayak gini nyalahin diri kamu sendiri. Ini semua cobaan, ngga ada manusia di dunia ini yang ngga dapet cobaan." Reihan mendekat, dan mendekap kuat Jinan untuk bersandar di dada bidangnya.
"Udah...udah... sekarang kamu mandi dan ngga usah mikirin apapun oke... insyaallah semua masalah ini akan segera berakhir." Ucap Reihan menghapus air mata Jinan dengan penuh kasih sayang seorang kakak.
Jinan mengangguk lalu tersenyum.
Sifatnya selalu bercanda membuat Jinan merasa kagum dengan sifat kedewasaannya saat ini, sungguh memperlihatkan sosok seorang kakak yang dewasa dan penuh kasih sayang kepada adiknya.
Tetap, tetap saja Jinan akan berpegang teguh pada kata-kata yang ia ucapkan sebelumnya, bahwa ia tidak akan berhenti berusaha selama masih ada jalan. Tak ada yang tahu kelanjutan dari toko kopi milik sang kakak, sekarang pertanyaan itulah yang muncul dipikiran Jinan. Sampai sekarang Jinan belum mengetahui, bahkan belum mengecek ke toko, apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang dilakukan oleh Rio?
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Jinan ✓
Novela Juvenil[Follow sebelum membaca] #3 in islami(8-8-2021) #1 in assalamualaikum(27-7-2022) #2 in cewek dingin(12-6-2024) Masalah kembali Jinan dapatkan di sekolah barunya, masa lalu terulang kembali. Keinginan Jinan untuk berhenti bersikap keras dan suka mara...