17. Sulit Menerima Kenyataan

94 10 0
                                    

Happy reading...

Sebuah penjelasan memang seharusnya bisa membuat keadaan menjadi lebih baik, tapi tidak penjelasan dari Reihan justru membuat Jinan semakin terpuruk rapuh dan dadanya semakin sesak.

Bagaimana tidak alasan Umi dan kakaknya itu melepaskan kepergian Jinan adalah agar Jinan bisa hidup berkecukupan dan bahagia tapi kenyataan berkata lain bahwa faktanya Jinan tidak bahagia hidup bersama sang ayah yang dulunya mengaku sebagai ayah kandungnya.

Bayangan masa lalu kembali ia ingat, dimana ia selalu dibandingkan dengan saudara tirinya oleh ayahnya, serta kasih sayang pun tidak pernah Jinan dapatkan selalu saja ia mendapat bentakan dari ayahnya dari perbuatan yang bukan ia buat yang pasti ulah dari saudara tirinya agar mendapatkan perhatian, bayang-bayang itu tanpa permisi masuk dipikiran Jinan dan semakin membuatnya terpuruk rapuh dan kembali meneteskan air matanya begitu deras tanpa bersuara. Padahal ia sangat berharap bisa melupakannya tapi nyatanya tidak ternyata ingatan lebih besar dari harapannya.

"Nan...Jinan..." Ucap seseorang dari balik pintu kamar yang tertutup dan membuat sang pemilik kamar yang sedang bersandar dikepala ranjang sedikit mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

"Kamu ke masjid ngga?" Tanya seseorang itu dengan nada yang terdengar masih bersalah.

Jinan hanya membalas singkat. "Ngga, kakak pergi aja."

Tidak ada suara lagi dari balik pintu yang menandakan seseorang itu telah pergi.

Jinan pun segera pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, berharap bahwa setelah sholat Maghrib ia akan sedikit lebih tenang dan juga hatinya tenteram dengan membaca Al-Qur'an, ia percaya bahwa Al-Qur'an adalah Assyifa penyembuh hati yang berpenyakit.

Tak selang waktu lama Jinan selesai sholat Maghrib dan mulai membaca Al-Qur'an seperti biasanya, hal rutin dan wajib yang ia lakukan setelah sholat Maghrib. Tanpa ia sadari waktu berganti Isya yang artinya ia harus menghentikan aktivitas bacanya dan segera menyegerakan sholat Isya.

Lelah hati, mata, pikiran, perasaan memang boleh saja tapi istirahat jangan dilupakan karena setiap manusia perlu istirahat yang cukup, ingat! Badan yang lemah dan tidak sehat itu akan mudah jatuh sakit, Jinan ini contohnya. Badan sudah lelah tapi masih memaksakan untuk mengerjakan tugas sekolah, memang dia seorang yang keras kepala. Tapi akhirnya tumbang juga kan, ia tertidur pulas diatas meja belajarnya, itulah akibat dari kelelahan berpikir, akhirnya ngantuk juga kan.

Tok...tok...

"Nan..."

"Jinan..."

Panggil Reihan dari balik pintu kamar sang adik sambil masih mengetuknya beberapa kali. Tapi Jinan tidak menjawab, dan iapun tidak menyerah dan masih mengetuknya lagi.

Bagaimana mau dijawab, penghuninya saja tertidur lelap. Dasar Reihan...

"Han, sudahlah Jinan biar tenang dulu, baru besok dibicarakan lagi." Saran Umi yang tiba-tiba berada dibelakang Reihan.

"Tapi mi..." Reihan menolak.

Umi menepuk-nepuk bahu Reihan dengan lembut sambil menatapnya dengan tersenyum. "Sudahlah..."
Umipun berlalu meninggalkan Reihan disana yang masih setia berada di depan pintu kamar Jinan.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang