41. Secerca Harapan

39 9 0
                                    

Assalamualaikum!

***

"Hai! Jinan ya?" Tanya seorang gadis tersenyum ke arah Jinan.

Dari raut wajahnya sepertinya Jinan mengenalnya, tunggu... Bukannya dia adalah senior jutek dan killer waktu itu? Iya Bella yang menyuruh Jinan mengelap sepatunya waktu ospek.

"Kak Bella ya?" Tanya Jinan memastikan.

Bella mengangguk dan tersenyum kikuk, "He em iya," jawabnya canggung.

"Ada apa ya kak?" Tanya Jinan.

"Itu mau minta nomor Areksa," balasnya membuat Jinan menaikkan alisnya heran.

Jinan heranlah... Pasalnya buat apa seorang senior meminta nomor junior? Aneh bukan? Hah! Tapi itu juga bukan urusan Jinan sih, bodo amat Bella mau minta nomor Areksa.
Tapi sayangnya Jinan saja tak tau mana nomor Areksa sebab ia tak pernah menyimpan kontak laki-laki kecuali kakaknya.

"Aku ngga punya kak," jawab Jinan menggigit bibirnya.

Raut muka Bella langsung berubah 180 derajat dari sebelumnya, "Bilang aja kalau ngga mau ngasih," ketusnya lalu pergi meninggalkan Jinan begitu saja.

"Hah! Yang bener ini?" Tanya Jinan pada dirinya bingung.

"Whuaaa!" Teriak Areksa tiba-tiba membuat Jinan jantungan.

"Astaghfirullah! Areksa! Kamu tu ya nyebelin! Bukannya salam malah ngagetin!" Sebal Jinan menghentakkan kakinya lalu melanjutkan untuk berjalan ke tujuannya.

"Iya Nan, maaf. Assalamualaikum Jinan," ucap Areksa menghadang jalan Jinan dan tersenyum lebar.

Kejadian itu sempat membuat Jinan tertegun dengan melihat senyuman Areksa begitu dekat dihadapannya, entah itu perasaan apa Jinan juga tidak mengetahuinya.

"Hegh!" Sentak Jinan mendorong Areksa jauh-jauh dari hadapannya.

Areksa terkejut tapi untungnya ia tidak sampai terjatuh karena di dorong oleh Jinan. Bukannya menjauh dari Jinan yang sedang kesal, Areksa masih gencar saja berdekatan dengan Jinan, ia mengamati Jinan dari kejauhan sambil tersenyum.

Jinan yang berada di depan merasa jika diikuti segera membalikkan badannya untuk mengecek dan ternyata benar-benar ada yang mengikutinya siapa lagi kalau bukan Areksa, orang yang sekarang benar-benar menjadi target untuk ia jauhi.

"Ck, Areksa bisa ngga sih ngga ngikutin aku!" Geram Jinan dengan nafas memburu.

"Sebenci itukah kamu sama aku Nan," timpal Areksa dengan ekspresi yang seakan-akan Jinan lah penjahatnya.

Jinan menghela nafas, "Areksa aku ngga benci, tapi aku mau melupakan semua kenangan buruk di masa lalu yang selalu menjadi mimpi buruk ku, please jauhin aku," Jinan tak mengedipkan matanya saat melihat Areksa.

Entah perasaan dari mana tapi Areksa rasanya tak ingin menjauhi Jinan, sebab ia sangat ingin menjadi sahabat Jinan dan ingin menebus semua kesalahan di masa lalunya. Karena kejadian di masa lalu selalu membayangi, merasa berat dan berdosa jika ia tidak menebus semua itu dengan memberikan kebahagiaan di hidup Jinan.

"Aku ngga akan jauhin kamu, maaf," Ujar Areksa melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Jinan.

"Sebenarnya apa sih yang dia inginkan Ya Allah..." Gumam Jinan melihat ke arah dedaunan pohon yang bergoyang sebab diterpa angin.

Sulit rasanya jika ingin menjauhi Areksa sebab Areksa saja tak mau menjauhinya karena alasan yang menurutnya tak perlu dibahas lagi.
Untuk masalah menebus kesalahannya di masa lalu Jinan sangat berharap bahwa Areksa menjauh saja itu sudah lebih dari cukup.

Assalamu'alaikum Jinan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang